Sudah baca tentang grup emak-emak
Shalihah Motherhood?
Seperti yang sudah kujelaskan,
grup ini bukan grup ngegosip yang ujung-ujungnya nyinyirin orang. Tapi lebih ke
sharing tentang berbagai hal menarik dunia emak-emak, khususnya yang mempunyai
anak balita. Kalau ditanya topik apa yang sedang hangat diperbincangkan? Susah,
Mak, jawabannya, karena dalam seminggu ini banyak topik menarik yang rugi
sekali jika dilewatkan.
Salah satunya adalah tentang
Toilet Training (TT). Gegara perwakilan member Shalihah Motherhood siaran di
radio Dakta Bekasi, membahas tema ini, otomatis member pun ramai sharing
tentang ceritanya masing-masing. Terutama member yang anaknya sudah lulus TT,
pasti punya cerita menarik yang berbeda-beda. Apalagi member yang sudah lebih
dari satu anaknya. Ceritanya lebih bervariasi.
Seperti gambar yang kubagikan
ini, ini salah satu obrolan kami di grup. Dan bisa kusimpulkan bahwa cerita TT
sangat beragam. Setiap Ibu dan anak pasti punya cerita tersendiri. Begitu pun
dengan aku yang punya cerita tersendiri bersama Alif, anakku yang sekarang
usianya 3 tahun. Tentunya cerita yang dibagikan sangat bermanfaat untuk member
yang masih hamil atau yang baru mempersiapkan TT untuk anaknya. Bahkan menjadi
inspirasi untuk member yang belum berani memulainya.
Nah aku tidak akan simpan sendiri
ilmu yang sangat menarik ini. Semoga pembaca yang sedang mempersiapkan TT untuk
anaknya, atau emak-emak yang masih bingung harus dimulai dari mana, simak ya
beberapa poin hasil dari resume obrolan kami di grup ini.
Oiya, kapan anak siap melakukan
TT? Lora Jensen menuliskan jawabannya dalam buku terbarunya yang berjudul “3
Day Potty Training“. Jensen percaya, balita mulai siap belajar ke toilet
sendiri, di pagi dan malam hari, untuk pipis dan pup, ketika mereka sudah
berumur 22 bulan.
Namun, beberapa orang tua tidak
yakin kapan tepatnya mereka harus memulai TT kepada anaknya. Begitu pun dengan anak,
tidak semua balita siap untuk TT di umur yang sama. Penting bagi emak-emak
untuk membaca tanda-tanda kesiapan anak. Ada yang sudah mulai sejak umur 8
bulan, 1 tahun, bahkan 2 atau 3 tahun. Jadi setiap anak dan orang tua akan
berbeda kondisinya.
Jika melihat dari sisi anak,
kapan ya kira-kira anak siap melakukan TT? Tanda-tandanya apa saja?
- Dapat mengikuti perintah yang mudah. Anak sudah paham dengan intruksi yang orang tuanya berikan. Dengan modal ini orang tua akan lebih muda mengajak anaknya untuk melakukan TT.
- Anak mengerti kata-kata yang berhubungan dengan TT. Usahakan kenalkan anak terlebih dahulu pipis dan pup tuh seperti apa. Maksudnya ketika anak sedang pipis atau pup, peran orang tua jangan diam saja, hehe. Ajak ngobrol, kalau dia sekarang sedang pipis atau pup. Tidak lupa juga kenalkan toilet di kamar mandi fungsinya untuk apa.
- Secara verbal sudah mampu mengekspresikan kapan harus buang air. Nah, terkadang ini hanya orang tuanya saja yang paham. Kapan anaknya mau pipis atau pup. Ekpresi di wajahnya kerap terlihat, terutama pup.
- Popoknya kering selama lebih dari 2 jam. Serta merasa risih jika popoknya basah. Jika anak sudah mengalalami ini, Insya Allah dia sudah siap diajak TT.
Lalu, trik apa
saja jika emak-emak di sini sudah memulai TT agar cepat kelar? Cepat-cepat
selonjoran, ngopi cantik samil baca buku, tidak lagi mengurusi air pipis yang
berceceran.
- Kreatif. Ya, lakukan apa saja yang membuat anak semangat melakukan TT. Seperti membacakan buku tentang TT, melihatkan video yang kontennya edukasi TT, atau bisa juga melalui lagu-lagu. Seperti yang dilakukan salah satu member SM, Mbak Majhe, Ibu muda cantik yang 1 ini mengarang lagu TT dari lagu selamat ulang tahun, Wah kreatif sekali ya
- Ingatkan (bukan tanyakan) si kecil jika ia merasa ingin pipis atau pup. Kebanyakan anak, jika ditanya malah kebingungan atau merasa tertekan. Coba ingatkan saja setiap 1 jam atau 2 jam sekali, ”Dek, kalau mau pipis di toilet, ya!” “Dek, kalau mau pipis bilang sama Ibu, ya!”
- Perbanyak stok sabar, karena proses TT berbeda-beda, emak-emak wajib memiliki stok kesabaran agar tidak cepat marah atau menyerah di tengah jalan. Semakin anak kena marah orang tuanya, semakin ia tidak mau melanjutkan proses TT.
- Jangan malas! Seperti kata Mbak Indah dalam sharingnya di radio Dakta Bekasi, ia menyimpulkan proses TT ini lelah, kuncinya ada pada anak dan orang tua. Jadi jangan malas untuk memulai dan untuk menyelesaikan hingga anak benar-benar lulus TT. Siap-siap beli sprei waterproof agar tidak bulak-balik nyuci sprei gegara kena ompol, siap-siap beli celana TT agar pipis tidak begitu berceceran. Siap-siap cucian menggunung gegara baju dan celana anak kena pipis.
- Tawakal, loh kok perlu tawakal? Iya perlu sekali. Karena proses TT adalah bagian dari PR emak-emak, jadi perbanyak berdoa sama Allah agar diberi kemudahan. Niatkan untuk menumbuhkan kemandirian anak dan kebersihan. Karena Islam cinta kebersihan.
Sekilas bercerita tentang TT
Alif. Aku mulai mengenalkan ia TT di usia 18 bulan, namun belum konsisten.
Hanya perkenalan mendasar saja. Kebetulan Alif sudah terbiasa memakai clodi
(popok kain), jadi rasa risih jika basah sudah terlihat ketika ia masih
memakainya.
Aku meyakini bahwa jika Alif sudah paham dan bisa membedakan mana
yang tidak boleh mana yang boleh, Insya Allah proses itu akan cepat.
Alhamdulillah, umur 23 bulan aku mulai TT dan ketika umurnya yang ke 2 tahun ia
sudah lulus TT sekaligus lulus ASI. Predikat lulus ini anak benar-benar sudah
tidak pernah lagi mengompol di celana. Jika di tempat umum ia akan bilang mau
pipis atau pup, dan mampu menahannya beberapa waktu ketika sedang antre di
toilet umum.