Antusias - Hikaru; Saat membagikan pengalaman menulisnya.
Mengapa kita menulis?
“Menulis sebagai Self Therapy dan Peran
Media” jelasnya. Betul sekali, penulis yang sering disapa Hikaru ini
menjadikan menulis sebagai terapi diri dan membantu peranan media. Disaat
apapun kita dengan menulis akan mencairkan suasana. Sedih, suasana ini akan
lebih produktif jika kita melatih diri sendiri dengan menulis. Bahagia,
tentunya akan lebih mudah pula mengungkapkan kebahagiaan dengan menulis. Begitu
pun dengan peranan media. Tanpa para penulis yang produktif, media akan
pincang. Media membutuhkan kita yang cerdas dalam mengemas informasi bersama
ide-ide yang menariknya.
Minggu,
25 Mei 2014 – Bogor Islamic Book Fair 2014 menghadirkan penulis muda ini dalam
rangkaian acara. Hikaru, membagikan pengalaman menariknya dalam dunia
kepenulisan. Ia juga memberikan bocoran behind
the scene novel ‘L.A The Detective’. Ternyata
novel setebal 430 halaman ini melintasi berbagai tantangan. Tidak aneh jika
novel ini mencuri perhatian Afifah Afra untuk diterbitkan di Indiva Media
Kreasi, penerbitan miliknya. Draft kasar novel ini sudah mulai ditulis sejak
Hikaru duduk di bangku SMP. Hikaru menulisnya di atas buku-buku jadul seadanya. Hingga di penghujung
2013 Novel ini lahir dengan selamat.
“Apa saja tantangan penulis pemula?”
Tanya salah satu peserta.
“Tantangan penulis pemula yang pertama
adalah merasa tidak ada Ide, padahal ide bisa digali di mana saja dan kapan
saja. Detak jantung per menit pun bisa jadi sebuah ide yang menakjubkan. Yang
kedua, penulis pemula demam edit naskah. Sebentar-sebentar mengedit. Padahal
jika sedang menulis, biarkan ide itu mengalir deras dari kepalamu. Hidari juga
kata TIDAK MOOD DAN TIDAK PEDE. Dua sifat ini harus dibasmi oleh niat besar
kita untuk selalu menulis dan menulis.” Jelas wanita kelahiran 8 Mei 1982
ini.
Ini
terbukti ketika Hikaru membagikan kertas berwarna pink dan biru saat aplikasi menulis sebagai self therapy. Ia
membagikan kertas pink kepada peserta untuk menulis hal-hal yang bahagia.
Sedangkan kertas biru untuk hal-hal sedih. Hikaru memberikan waktu 5 menit
kepada peserta. Alhasil, hampir semua
peserta bisa menyelesaikan tantangan ini. Tidak ada alasan penulis pemula untuk
berteriak bahwa ‘aku tidak ada ide, aku tidak
mood, atau aku tidak mood’. Karena sesungguhnya ide banyak di mana-mana.
Tidak
kalah menariknya, acara dilanjutkan oleh seorang penulis kawakan. Dialah CEO
Penerbit Indiva Media Kreasi. Ya,
Afifah Afra. Dalam sesi ini Afra membagikan kunci rahasia dalam melintasi dunia
kepenulisan. Tidak hanya itu, Afra juga memberikan kisi-kisi novel yang akan
lolos di event Lomba Menulis Novel
Inspiratif Indiva 2014 nanti. Atau lebih beken dengan sebutan LMNI Indiva ini.
“Novel yang bagus itu bukan novel yang bahasanya
keren. Bukan juga novel yang ditulis oleh penulis lama. Tapi novel yang bagus
itu novel yang punya IDE BAGUS YANG INOVATIF. Novel-novel yang akan lolos pada
LMNI tahun ini adalah novel yang memiliki ide bagus, komunikatif dan
menggerakkan.” Katanya saat ditanya oleh salah satu peserta pada saat sesi
tanya jawab.
“Ide itu bagaikan ruh, dan diksi sebagai
jasadnya. Jika disatukan Ide dan diksi maka akan menjadi sebuah cerita. Ide
tanpa diksi seperti hantu. Dan diksi tanpa ide seperti mayat.” Sambungnya
lagi.
Jika
disimpulkan dari penjelasan Afifah Afra dalam acara itu adalah, novel yang
bagus dan spektakuler biasanya lahir dari penulis pemula yang memiliki ide baru
yang keren. Jadi jangan heran jika Laskar Pelanginya Andrea Hirata lebih tenar
dari pada novel-novel selanjutnya. Jangan aneh jika Ayat-Ayat Cintanya Kang
Abik lebih membludak dari pada karya terbarunya. So, buat kamu yang masih punya niat jadi penulis, kini saatnya
untuk kita mengemas ide baru itu. Tentu dengan banyak membaca dan berlatih
menulis.
“Pembaca yang keren akan menjadi penulis
keren,” katanya lagi saat menutup perjumpaan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar