Putih.
Terhampar. Bersih. Sedap pandangan sebuah retina
Indah. Bahkan
kutahu engkau punyai sebuah makna
Hidupmu
adalah pilihan yang nyata
Ketika
selaksa memintal dari sebuah cinta
Aku hanyalah rajutan
debur ombak
Kala percikannya pergi saat menepi
Karena kuyakin buihnya tertinggal disebuah batu congkak
Itulah rasaku dalam sebuah elegi
Kala percikannya pergi saat menepi
Karena kuyakin buihnya tertinggal disebuah batu congkak
Itulah rasaku dalam sebuah elegi
Aku
pernah berdiri di sana
Ya,
selaksa potret jiwa membayang semesta
Buih-buihnya
tersebar ke segala penjuru dunia
Namun
tetap sama, pepasir jua
Lama
kupendam buih itu
Saat
kuberhasil menepi
Semburatnya
tlah nampak dalam makna pantaimu
Itulah
rasaku dalam sebuah imaji, pagi ini.
Bahkan tarian sang bayu menggodaku
Untuk tersenyum lepas tenggelamkan penatku
Benturkan
keraguan pada karang yang kuat
Hingga
tak ada lagi prasangka yang berat
Namun
jingga melepaskanku
Melukis
sajak sendu dalam hitam dengan syahdu
Karena
kutahu bahwa esok akan ada dirimu
Yang
menjemput buih, tanamkan cinta dalam kalbu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar