“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di
bumi melainkan semuanya dijamin Allah rejekinya. Dia mengetahui tempat
kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata
(Lauh Mahfuz).” (QS. Hud : 6)
Sahabat Elsya,
ayat nan indah itulah menjadi pembuka oleh-oleh yang kudapat dalam kajian Kamis
sore kemarin. Bu Ida, namanya. Beliau adalah guru kami sejak lama. Setiap
tausiahnya selalu menyejukkan jiwa. Maka tidak aneh kami betah menimba ilmu
agama kepadanya.
Ya, ayat di atas menjadi
oleh-oleh pertama sore itu. Bahwa
semua makhluk hidup di bumi ini sudah diatur rejekinya masing-masing. Jangan
khawatir tidak bisa menafkahi keluargamu, jangan takut tidak bisa menyekolahkan
anak-anakmu.
Namun apakah
dengan duduk manis di rumah saja bisa tetap makan? Tanpa berusaha dan berdoa? No no no no... Ini adalah oleh-oleh kedua, ada dalam surat An-Najm ayat 39,
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah
diusahakannya.”
Sudah jelas ya
ayat-Nya. Banyak atau sedikitnya rejeki yang didapat tergantung dengan usaha
yang dilakukan. Apakah sudah optimal? Allah itu Maha Pengasih Maha Penyayang.
Maha Pengasih-Nya untuk mereka yang giat berusaha. Tidak pandang bulu, mau dia
Islam atau Kristen jika berusaha dengan giat akan diberi rejeki-Nya. Berbeda
dengan Maha Penyayang. Sayang-Nya hanya untuk manusia yang beriman dan bertakwa
saja. Kamu mau yang mana? Tentu mau dikasih dan disayang kan? All right!
Semua manusia
rejekinya sudah Allah jamin. Tinggal kita pancing rejeki itu dengan kail dan umpan yang bagus.
Dengan usaha yang optimal dan doa yang sungguh-sungguh. Insya Allah ikan akan
berdatangan jika kita menaruh kail yang banyak di berbagai penjuru. Sama saja
dengan usaha. Jika dari satu sumber belum berhasil, siapa tau sumber lain akan
berbuahkan manis. Kuncinya jangan menyerah dan berputus asa. Karena rejeki
banyak pintunya. Tugas kita adalah buka pintu rejeki itu lebar-lebar.
Nah, oleh-oleh ketiga sangat menarik.
Tertulis dalam surat Ibrahim ayat 7,
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-ku sangat berat.”
Sahabat Elsya,
kita sudah berusaha dan berdoa, langkah selanjutnya yang tidak kalah penting
adalah bersyukur. Ya, bersyukur. Selalu bersyukur dengan segala sesuatu yang
sudah Allah berikan kepada kita. Insya Allah dengan rasa syukur kita setiap
saat, kenikmatan akan bertambah. Rasa syukur ini harus diiringi dengan sifat
berbaik sangka. Karena jika ada sifat berburuk sangka, kita akan terus mengutuk
saat hasil yang kita peroleh tidak sesuai dengan harapan. Saat kenyataan tidak
sesuai dengan harapan.
Misalnya, saat ini
harga daging sapi sedang melambung. Akibatnya daging menjadi langka. Tukang
bakso yang setiap hari lewat depan rumah mendadak tidak ada. Pasalnya mereka
libur karena tidak bisa mendapatkan bahan bakunya.
Apakah harus
memaki tukang bakso mengapa tidak jualan?
Atau bapak-bapak
berdasi yang sedang duduk di kursi pemerintahan?
Hmmmm... semuanya salah. Yang harus dilakukan adalah bersyukur dan berbaik sangka.
Bersyukur karena sekarang tukang bakso tidak lewat depan rumah. Jadi, isi
kantong pun bisa terselamatkan. Bahkan program diet tidak jadi berantakan.
Berbaik sangka saja, mungkin pemerintah sedang mengatur pasokan daging.
Sebentar lagi kan Idul Adha, waktunya kita pesta daging sapi. Hehehe. Mungkin
saja.. mungkin saja.. mungkin saja.. Carilah seribu alasan baik sebelum berburuk
sangka.
Hadeeeeuh, lagi bahas rejeki malah nyambung ke daging deh.
Iya kebawa hawa-hawa berita soalnya. Intinya sih jika kita belum mendapatkan
apa yang kita harapkan bersyukur dan berbaik sangka saja. Tidak ada yang lain.
Titik.
Contoh lain, bulan
ini penghasilannya sekian puluh juta, ceileeehhh
gede bener penghasilannya bang. Padahal bulan sebelumnya bisa mencapai
ratusan juta. Maka beryukurlah dengan rejeki yang sudah diperoleh. Itulah buah
dari kerja keras kita. Akibat dari turunnya penghasilan, jangan malah mengomel
karena bulan ini tidak bisa jalan-jalan. Jangan memaki karena bulan ini tidak
bisa makan enak di restoran. Dan jangan marah jika bulan ini tidak bisa beli
baju kesukaan.
Berbaik sangkanya,
mungkin usahanya belum optimal, mungkin ibadahnya kurang maksimal. Mungkin
Allah sayang sama kita, siapa tau kalau terus dikasih penghasilan yang banyak
kita akan lalai. Lupa sedekah bahkan ibadah. Mungkin sedekahnya kurang, mungkin
ini mungkin itu. Jangan sekali-kali malah meratapi dengan rejeki yang sudah
diperoleh. Sampai-sampai segala macam cara dilakukan demi memenuhi hasrat kekayaan.
Naudzubillah.
Naaah, oleh-oleh yang terkahir adalah, rejeki
dari Allah yang tidak disangka-sangka. Ya, tercantum dalam surat At-Talaq ayat 2-3,
“.......... Barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. {2}. Dan Dia
memberinya rejeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya............{3}”
Wow, adem deh baca terjemah ayat ini. Tugas kita yang terkahir adalah bertakwa
dan bertawakal kepada Allah. Berusaha, berdoa, beryukur dan berbaik sangka
sudah dilakukan. Maka bertawakallah. Ini
janji Allah lhooo, jadi jangan khawatir yaaaaa..
Pernah kan lagi
seret-seretnya karena akhir bulan, gajian masih beberapa hari lagi. Tapi
kantong udah bolong, Eeeehhh nggak
disangka-sangka ada uang di saku baju yang sudah lama nggak dipake. Itu
rasanyaaaa, menyenangkan sekali. Padahal cuma goceng misalnya. Atau sudah
kesana kemari banting tulang usaha, tapi penghasilan masih segitu-gitu saja.
Eeeeeehhh, nggak disangka-sangka jualan kita ada yang borong. Pokoknya rasanya
seneeeeng banget dan pengen jingkrak-jingkrak. Karena rejeki yang tidak
disangka-sangka tuh rasanya luar biasa. Nikamt banget. Pake banget.
Alhamdulillah, empat oleh-oleh Kamis sore ini sungguh
luar biasa. Jika kita bisa mengaplikasikannya. Insya Allah ini menjadi kunci
kebahagiaan. Kunci kekayaan. Bahagia dan kaya hanya ada di sini (nunjuk dada). Ada dalam hati yang paaaaaliiiiiiiing dalam. Bahagia atau
tidaknya seseorang tergantung rasa syukurnya. Semakin kita bersyukur, maka akan
semakin bahagia. Karena orang yang selalu bersyukur tidak pernah merasa
kekurangan. Hidupnya tuh cukuuuup terus. Insya Allah.
Terima kasih bu,
sudah mengajarkan bersyukur menjadi keindahan. Karena tersirat sebuah kekuatan.
Semoga selalu terselip rasa syukur ini dalam setiap keadaan. Menjadi penawar
lara saat harapan tak menjadi kenyataan. Bahkan penyambung nyawa saat sebulir
nasi belum didapatkan. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar