Bismillah...
Kemarin
malam, saat aku sedang melipat baju. Seperti biasa agar tidak bete aku boyong
baju-baju ke depan TV. Siapa tahu ada tayangan yang menarik. Bisa menghibur
hati.
Sumber: Google Image
Sudah
kita ketahui bersama, bahwa televisi swasta paling heboh iklannya. Banyak
banget. Otomatis aku menjadi pemerhati iklan. Ceileeeh. Enggak sih, lebih
tepatnya aku sering 'ngedumel' di depan TV tentang iklan-iklan yang terkadang
lebay dan tidak masuk akal. Entah itu bisa putih dalam sehari semalam, iklan
yang bikin rambut kinclong dalam sekejap dan masih banyak lagi.
"Aku
nggak setuju tuh sama iklannya," kataku sambil melipat baju.
"Iklan
apa?" tanya suami menoleh ke arahku. Ia sedang duduk di depan meja.
Memandang laptopnya.
"Tuh
tadi, iklan kecantikan!" jawabku dengan ketus.
"Ya
udah kalau nggak setuju nggak usah ngomel, tulis aja." Suamiku masih sibuk
dengan laptop di depannya.
Aha,
iya juga. Dari pada aku ngomel nggak karuan. Lebih baik aku tulis opiniku di
sini. Di blog sederhana ini.
Iklan
apa sih?
Itu
lho, sebuah produk kecantikan. Ayahnya nanya, mau nikah dengan pria S2 atau
lanjut kuliah S2? Sebenarnya ayahnya itu lebih setuju anaknya segera menikah.
Alasannya karena anak perempuannya itu sudah lulus S1.
"Kuliah
S2 dulu donk, Pa. Biar sama," jawab anak perempuannya sambil melebarkan
dan mensejajarkan kedua telapak tangannya. Menggerakkan ke kiri dan kanan.
Lah,
jadi apa yang salah dengan iklannya? Sebenarnya tidak ada yang salah. Namun aku
tidak setuju saja. Wajarlah ya, segala sesuatu kan memang pro kontra. Tidak
semua bisa diterima oleh public. Termasuk tulisanku ini. Bisa jadi banyak juga
yang mencibir.
So,
jadi apa yang tidak setuju? Eh iya... maaf jadi 'ngalor ngidul' dulu.
Aku
tidak setuju bahwa menikah harus menunggu S2 dulu. Apalagi dengan alasan supaya
sama. Agar level pendidikannya sejajar dengan calon suami.
Kenapa
tidak setuju?
Karena
menikah itu bukan perkara kuliah S1, S2 atau S3. Tapi menikah itu tentang
kesiapan diri. Kesiapan lahir dan batin. Usia cukup, uang punya, calon sudah
ada. Nunggu apa lagi? Segeralah menikah.
Apalagi
niat menundanya karna mengejar S2 supaya sejajar dengan calon suami. Heeeey..
seorang istri itu tidak mesti sejajar dengan suami. Suami adalah pemimpin dalam
rumah tangga. Jangan sampai nantinya malah istri yang ambil kendali.
Jadi
jangan merasa rendah diri, kalau kamu (kaum hawa) hanya bergelar S1 bahkan hanya lulus SMA, sedangkan
calon suamimu bergelar S2 atau S3. Bersyukur saja kalau ternyata calon suamimu
adalah yang berpendidikan tinggi. Karena beliau yang akan mengendalikan biduk
rumah tangga nanti.
Tapi
gaes, bukan berarti perempuan nggak
boleh kuliah. Bahkan perempuan harus pintar juga. Karena perempuan harus
multitalenta. Mengatur keuangan keluarga hingga menjadi guru pertama
anak-anaknya. Semuanya perlu ilmu yang cukup.
Tapi
jangan sampai gelar itu malah menghambat proses pernikahan kalian. Ilmu kan
bisa digali di mana saja. Dari seminar-seminar, baca buku, ikut kursus atau
sekedar sharing dengan teman.
Nah,
sebaliknya. Bicara kesiapan, kalau memang sudah lulus S1 belum siap. Dengan
segala alasan yang kuat, mending lanjut S2 saja kalau itu menjadi pilihannya.
Karena kesiapan itu bukan harus nunggu S2 atau S3. Tapi bercermin pada diri,
sudahkah siap?
Banyak
kok mereka yang memutuskan menikah tapi masih duduk di bangku kuliah.
Membereskan skripsi dan wisuda bersama. Banyak juga mereka yang setelah menikah
melanjutkan S2 dan S3-nya bersama pula. Jadi pernikahan itu jangan dijadikan
halangan.
Segala
sesuatu tergantung niatnya. Maka, luruskan niat dulu, Gaes. Kuliah untuk apa?
Menunda menikah karena apa? Alasannya hanya diri kita yang mengetahui. Aku
yakin kita punya alasan tersendiri. Karena hidup adalah pilihan. Silakan saja
memilih jalan yang mana. Hidup kita yang jalani, ya kita juga yang mengambil
resiko. Iya kan? Iya ajalah. Hehehe.
#OneDayOnePost
#HariKeempat
Super sekali ibu yang satu ini...
BalasHapusJempol dah!
Makasih, Bi...
Hapussetuju banget mbak, semua orang pasti punya alasan di setiap pilihannya
BalasHapustapi ada lho orang tua yang menuntut calon mantunya harus sejajar dengan anaknya, baik dalam hal pendidikan, materi maupun pekerjaan.:)
Iya, ada.. banyak malah. Hehehe...yang penting Shalih. Kalau udah Shalih yang lain pasti ngikutin, karena lelaki shalih tahu betul apa yang menjadi kewajibannya. hehehe
HapusMakasih sudah mampir ke sini, Mbak...
Setuju banget mbak menikah dan pnya anam bukan halangan untuk mngenyam pendidikan lebih tinggi
BalasHapusMakasih sudah mampir ke sini, Mbak...
HapusSebenarnya saya juga ga stuju mak, tapi kok ya sempat termakan iklan itu. bikin ga bersyukur aja...hiks
BalasHapusHihiy, nggak apa-apa.. namanya juga iklan.. suka lebay emang..
HapusMakasih sudah mampir ke sini, Mbak...
Sedari awal memang ada bau konspirasi tuh iklan ....
BalasHapusiya yah,,
HapusMakasih sudah mampir ke sini, Mbak...
Kalau saya sih mikirnya, anak di iklan itu hanya beralasan saja. Tapi nikahnya memang tidak harus S2 kok Mbak. Saya aja sekarang juga tidak mengharuskan anak kuliah S1. Selama jelas jalan hidupnya.
BalasHapusIya itu alasan aja. Kan kesiapan mau nikah itu tidak bisa diukur dari pendidikan, usia atau yang lainnya. Tapi ada pada dirinya sendiri..hehe
HapusMakasih sudah mampir ke sini, Mbak...
Super sekali mak . . .
BalasHapusMakasih sudah mampir ke sini, Mbak...
Hapussepertinya tanoa disadari terkadang jadi syarat tersendiri menikah sama2 harus punya pendidikan yang tinggi, sebenarnya kapan siap ngak mesti s2 kan.aku juga suka gimana gitu liat iklan yang satu ini.
BalasHapusYa memang setiap orang punya kriteria masing-masing sih. Tapi kalau iklan kayak gitu, ntar takutnya malah mempengaruhi yang lainnya,hehehe
HapusMakasih sudah mampir ke sini, Mbak...
Semuanya kembali ke masing2 pribadi mak.. Menikah itu juga termasuk panggilan jiwa juga sih. Kalo blm merasa terpanggil atau belahan jiwanya belum memanggil, ya piye toh? Hehehehe.. Semua org berhak menentukan kapan dan mengapa and no body tdk punya hak untuk ngejudge. Hehehehe
BalasHapus.
Kalau belahan jiwa belum memanggil, panggil aja sekarang, hihihiy..
HapusMakasih sudah mampir ke sini, Mbak...
Yups, saya sependapat, justru yang S2 saya dulu,setelah saya lulus, suami baru melanjutkan kuliahnya ke S2. Bukan untuk sejajar, mbak. Tp untuk bekal diri, mencari ilmu sejatinya bukan untuk siapa yang hebat dan pintar, melainkan untuk bekal diri untuk kehidupan yang lebih baik.
BalasHapusSaya bukan kaya harga, tapi pengen pinter, menjadi pinter ga harus sekolah, yang penting belajar
Iya, harusnya memang gitu mbak.. mengenyam pendidikan formal bukan untuk apa-apa, tapi untuk kehidupan yang lebih baik. Selamat dunia akhirat.
HapusMakasih sudah mampir ke sini, Mbak...
setuju Mbak, malahan kalo terlalu menunda-nunda ntar jodohnya jadi jauh dan kadang sampe tua gak nikah-nikah juga :)
BalasHapusWaah aku tadinya mau nulis status kayak gini, gara2 iklan itu. Aku ga setuju bangeet heeh..
BalasHapusemansipasi uni, biar "harga jual" perempuan lebih tinggi, ada calon temen ambo kalo indak salah baru 25 thn sudah kandidat Ph.D
BalasHapusyang mengerti hanya yang sudah kuliah s2.
BalasHapusjalanin aja dulu bu haha
sama seperti mbak, saya sebagai pria juga gak setuju sama iklan itu. Alhamdulillah dulu sebelum nikah ,calon istri juga pinginnya nerusin S2 dulu tetapi saya tegaskan bahwa saya tidak bisa menunggu seperti itu. Saya yakinkan kepadanya dan kpd kedua ortunya bahwa justru sy bisa menjadi penyemangat ia setelah menikah dan jika ia ingin melanjutkan studinya. Dan sekarang setelah menikah dan memiliki seorang anak, istriku tinggal menunggu wisuda S2nya deh..alhamdulillah. Emang aneh tuh iklan,konspirasi banget,manalagi modelnya berhijab kok seolah" gengsi harus sejajar dulu dgn calonnya baru mau menikah.
BalasHapus