Rabu, 06 April 2011

SAMBUT AKU CINTA


Sudah beberapa hari ini, Astri terlihat tenang, damai, terlihat tak punya masalah di dunia ini. Itulah karakteristik seorang Astri yang selalu riang gembira di hadapan orang- orang di sekitarnya. Walaupun masalah menghadang Astri, tapi Astri mampu menyelesaikannya.

Saat ada study tour di sekolahnya, yaitu ke daerah Puncak Bogor. Astri keluar Villa di pagi hari yang masih diselimuti kabut, untuk menghirup udara segar yang dapat merefreskan fikiran ynag tegang, di dalam dekapan alam yang telah dianugerahkan oleh sang Khalik.

Astri tertegun sejenak, tampak keheranan dan kagum”apa yang aku lihat?”..sebuah keagungan dan kekuasaan-Nya.

“Hey, pagi-pagi begini sudah bengong “. Sentak Luna mengkagetkan Astri sambil memukul pundaknya.

“Aku bukan sedang bengong seperti yang kamu pikirkan, tapi lihatlah..nun jauh disana gunung-gunung menjulang tinggi berbalutan kain hijau, laksana permadani yang menghampar luas.” Terang Astri dengan menampakkan wajahnya yang ceria, bagaikan cerahnya mentari pagi ini yang baru menampakkan diri dengan sinar hangatnya untuk alam ini.

“Iya Astri aku tahu itu, di sekitar Puncak ini memang banyak pemandangan yang indah”. Seru Luna dengan keheranan yang memukau.

Sementara di dalam Villa teman-teman Astri sedang sibuk menyiapkan diri hendak belolahraga dan keliling kebun teh.

“Hey As..pagi- pagi udah seperti ayam makan karet, ke bawah yuk, kamu mau ikut tea walk kan?” Sentak Dina.

“Cerewet amat sih..iya nani nyusul” timbal Astri.

Peserta sedang mempersiapkan untuk melaksanakan Tea Walk di belakang Villa yang mereka singgahi.

“Duh…kelompokku bagian pertama lagi, aku bisa mencari jejak ga ya?” Gumam Astri di dalam hati.

Tea Walk di mulai dari kelompok Astri. Tapi belum terlalu jauh Astri ambil arah jalan yang salah, namun Astri dan kawan- kawan merasa yakin bahwa jalan yang mereka pilih itu benar. Sudah agak lama barulah mereka sadar bahwa mereka sedang tersesat. Akhirnya mereka hendak kembali. Namun jalan yang mereka lalui berbeda dengan jalan yang pertama mereka tempuh.

“Duh..gara-gara kamu si As..kamu kan ketuanya, harusnya kamu tahu jalan yang mana yang harus kita tempuh” gerutu Dina anggota kelompoknya.

“Sembarangan kamu Din, memangnya kebun the ini milik nenek moyangku” Timbal Astri.

Akhirnya mereka bertemu dengan pembina pemandu jalan, dan merekapun ditunjukan arah yang mana mereka harus tempuh. Dengan demikian kelompok Astri yang pertama jalan, menjadi paling terakhir sampai di Villa, karena mereka menempuh waktu yang lama saat tersesat.

Setelah semua sudah sampai di Villa dan acara selanjutnya adalah Upacara Penutupan LDK.

“ Duh…LDK kemarin seru ya..abisnya kelompok kita tersesat, he..he..he..”kenang Lili.

“Secara gitu..ketuanya ga bisa bawa kita ke arah yang benar, tapi kita juga si yang salah, terlalu membebani ketua, eh ngomong- ngomong mana Astri ya, biasanya jam segini sudah datang” kata Fajri yang masih satu kelompok dengan Astri.

Belum lama Fajri berbicara, Astri datang.

“Assalamu’alaikum” Sapa Astri dengan wajah penuh cinta.

“Wa’alaikum salam”

“Oh Astri sahabatku..hari ini ku melihat awan yang indah, seindah senyummu. Ku melihat sang mentari secerah hatimu. Burung-burung mengepakkan sayapnya yang bersemangat, laksana semangatmu…”

Belum saja Fajri melanjutkan puisinya tapi Luna sudah memotongnya.

“Hey, pagi- pagi begini sudah bikin kuping panas, BT tau ga sih..”cerocos Luna dengan kesalnya.

“Iih..Luna kamu iri kan? Bilang saja kalau kamu ingin di buatkan puisi indah- indahku” timbal Fajri.

“Ring..Ring...Ring..”

“Luna…” panggil Abi dari kejauhan.

“Hai Bi gimana kabar kamu? Kemana saja nih?” sapa Luna sambil tersenyum kecil.

“Aku baik- baik saja Lun, mm..Astri mana ya? Biasanya sama kamu kan?”Diam- diam Abi melontarkan pertanyaannya sambil mata yang sipitnya melirik- lirik kiri kanan Luna.

“Astri? Sepertinya dia masih di kelas” jawab Luna dengan pandangan yang tertuju ke kelas Astri.

“Terima kasih ya, aku kesan dulu” Sahut Abi sambil melangkah ke kelas Astri.

“Eh..eh..tunggu! kamu mau ngapain kesana? Lebih baik sekarang kamu lihat ke Mading sekolah, disana ada puisi tentang isi hati Astri” Sambung Luna dengan mata yang tertuju ke arah Mading sekolah di pampang.

“Oke deh, aku kesana dulu”

Sambut aku wahai Cinta...

Dengan untaian- untaian ridhoMu

Selimuti aku dengan akidahmu

Sirami aku dengan tausiah- tausiahmu

Tuntun aku dengan jihadmu
Lindungi aku dengan payungMu

Karena hanya Engkau yang ku mau

Cinta…!!….Cinta….

By: Astri - C

Abi terpaku saat membaca puisi yang ada di Mading sekolah. Abi merasa sudah saatnya mengatakan yang sebenarnya bahwa iapun jatuh cinta. Segera Abi keluarkan kertas kecil untuk membuat serpih- serpih perasaannya untuk Astri.

Cinta…Mungkinkah kau untukku?

Menggugah seluruh isi hatiku

Menerpa perasaan kagumku

Cinta…adakah ruang di hatimu untukku

Yang selama ini aku cari

Adakah sebentuk hati untukku

Cinta…sambut aku dengan sebentuk senyuman tulusmu

Abi melipat kertas kecil itu dan meminta tolong kepada Dani untuk disampaikan kepada Astri.

“Dan, tolong sampaikan kertas ini ke Astri ya”

“Oke deh, tapi ngomong- ngomong apa nih isinya?”canda Dani sambil berlari menuju kelas Astri.

Ternyata teman- teman Astri salah paham. Mereka sangat yakin akan perasaan Astri kepada Abi. Tapi pada kenyataannya Astri sedang jatuh cinta kepada kekuasaan sang pencipta alam ini yang begitu banyak keagungan-Nya.






Detik demi detik terlewati, Abi masih mengharapkan surat balasan dari Astri. Karena ternyata sudah lama Abi mengagumi Astri.

Suati sore Astri berjalan di taman, memandangi pepohonan yang berada di sekelilingnya, angin semilir sepoy- sepoy menyapa kedua pipi Astri yang merah merona. Dengan menaburkan perasaan damai, menumbuhkan dalam hati karena terkagum oleh semua kekuasaan-Nya. Dengan perlahan Astri duduk di bebatuan tepi sungai yang mengalir dengan gemercik airnya. Tak disadari Luna sudah ada di belakangnya.

“Astri aku boleh tahu kan?” Perlahan Lina melontarkan pertanyaannya.

“Kamu mau Tanya apa Lun?” sahut Astri dengan melirik Luna.

“Kamu sedang jatuh cina kan?dan Cinta Abi kamu terima kan?” Sahut Luna sambil menatap bayangan wajah Astri di sungai dengan warna warni ikan yang menghiasinya.

“Jatuh cinta? Sungguh benar aku sedang jatuh cinta, karena dengan cinta ku rasakan damai di kalbuku, tapi Abi ? bukan dia yang aku cintai..bukan!” terang Astri sambil bangkit dari duduknya, dan berjalan kecil di sekitar Luna.

“Maksud kamu?” Luna keheranan.

“Iya…maksud aku, tak mungkin Abi menjadi suatu yang sangat aku cintai, karena ku sadar cinta yang hakiki adalah cinta Ilahi Rabbi…” Lanjut Astri dengan menepuk pundak Luna.

“Sekarang aku tahu maksudmu..Tapi, Abi ? kamu harus memberikan kepastian untuknya. Karena sekian lama ia mendambakan ketulusan cintamu.” Luna meyakinkan astir atas cinta Abi kepada Astri.

Astri terpuruk oleh Luna yang mencoba mengambil simpati Astri.

Saat Astri sedang membaca buku di perpustakaan sekolah, Abi memberanikan diri menghampiri Astri.

“Assalamu’alaikum Astri?” sapa Abi dengan nadanya yang gugup.

“Wa’alaikum salam” jawab Astri dengan melirik Abi yang sudah berdiri di dekat meja dimana Astri duduk.

“Maaf aku mengganggu kamu, tapi aku..mmm…aku menunggu jawaban kamu..” dengan bangganya Abi melantunkan kata- kata yang sudah ia rangkai sebelumnya untuk diucapkannya kepada Astri.

“Maksud kamu?” Astri berpura- pura tidak tahu maksud Abi.

“Ring.. Ring.. Ring”

Belum saja Abi menjawab pertanyaan Astri, bel masuk sudah memotong mereka berdua.

“Maaf aku harus masuk ke kelas” lanjut Astri.

“Astri…tadi kamu berkawat sama Abi ya?” Tanya Eva dengan suara cemprengnya.

“Maksud kamu berkhalwat?” kata Astri sambil tidak bisa menahan senyum dan tawa kecilnya.

“Pokoknya sama saja deh, itu masih satu spesies, Kamu bilang kamu malu dengan kerudung gondrongmu” lanjut Eva dengan memegang kerudung yang di kenakan Astri.

“Ya…aku tahu itu. Tapi tadi Abi yang menghampiriku saat aku sedang membaca. Aku juga bingung Va dengan perasaanku sendiri, padahal akupun menyimpan nama Abi di dalam hatuku. Menurutmu bagaimana?” terang Astri yang suaranya semakin rendah.

“Ya..bagaimana lagi, Abi sudah sangat cinta sama kamu, dan ternyata kamupun sama mencuntai Abi..” Eva tersenyum kecil kepada Astri.

“Selain aku cinta kepada Ilahi, aku juga sangat kagum kepada hamba-Nya yaitu Abi, aku malu…aku malu ya Allah…maafkan hambaMu ini…”Astri meneteskan butir-butir air matanya karena ia merasa bimbang dengan perasaannya.

Astri tidak bisa membohongi perasaan di hatinya sendiri.

“Akankah Engkau Ridha kepada ku, Engkau Maha Mengetahui, CintaMu tak akan ada yang menandingi…Maka ijinkanlah hambaMu ini untuk mencintai seorang Abi. Ya Allah tuntunlah aku dalam dunia yang fana ini, ku yakin cintaMu lah yang hakiki. Aku sadar aku masih kelas III SMA yang belum pantas untuk mengenal cinta seseorang. Tapi…inilah yang ku rasakan dan yang aku alami. Maka Sambut Aku Wahai CINTA………”
This entry was posted in

0 komentar:

Posting Komentar