Jumat, 30 Mei 2014

FLP Bogor Bersama Syaiha dengan ‘Sepotong Diam’nya di IBF 2014




Renyah!
Seperti kerupuk yang baru saja digoreng.
Itulah cita rasa penulis novel inspiratif ini. Ya, Syaiha dengan novel ‘Sepotong Diam’nya lengkapi rangkaian agenda Bogor Islam Book Fair 2014. Jumat 23 Mei 2014 bersama FLP Bogor, Syaiha menjadi pembicara langsung dalam bedah bukunya itu. Tentu dengan seorang moderator yang juga sudah kawakan di dunia kepenulisan dan Forum Lingkar Pena. Dialah Aep Saefullah. Dalam acara bedah buku ini tidak hanya membahas kelebihan dan kekurangan novel ‘Sepotong Diam’ saja, namun penulis membagikan secara gamblang proses kreatif yang dialaminya. Tidak hanya itu tips dan trik menulis pun berhasil digondol oleh para peserta yang hadir dalam acara tersebut.
“Saya menulis novel ini hanya sebulan!” jawabnya ketika ditanya moderator.
Hah. Gila! Hanya sebulan. Ternyata novel predikat juara II nasional ini mengalami beberapa rintangan. Sebulan sebelum deadline lomba, naskah yang sebelumnya sudah rampung sirna bersama hardisk yang hilang. Alhasil penulis harus menuangkan ulang ide-idenya.
Novel ini tidak melulu soal cinta, namun banyak kisah inspiratif dan menarik yang bisa teman-teman dapatkan. Tentang perjuangan hidup di perantauan, juga tentang pelajaran bagaimana memenej keimanan. Kalau soal isi novelnya kamu tidak perlu ragukan lagi, novel ini sangat ‘kece’ untuk teman-teman miliki.
Ada yang menarik dalam bedah buku kali ini, moderator dan penulis membedah novelnya namun buku itu sendiri sudah habis di tangan. Belum ada cetakan buku selanjutnya. Cetakan pertama sudah raib. Maka peserta bedah buku harus mengurungkan niatnya membawa pulang Sepotong Diam. Kabarnya sudah banyak waiting list yang setia menunggu cetakan kedua. Ini membuktikan bahwa novel ini tidak hanya sekedar cerita yang klise. Tapi memang benar-benar menyajikan kisah yang oke banget.
Jika dilihat dari karyanya, penulis sudah expert dalam dunia kepenulisan. Tidak heran jika beberapa kali karyanya menjadi perbincangan pembaca, khususnya di akun Kompasiana. Sering juga artikel ringannya mejeng di deretan ‘Trending Articles’ atau jejeran ‘Inspiratif’.
“Menulis dan membaca adalah kesatuan yang utuh. Maaf, jika boleh saya analogikan membaca diibaratkan seperti makan dan minum, dan menulis seperti buang hajat. Nah, jika makan dan minum saja tanpa buang hajat kita pasti akan sakit. Sebaliknya jika kita buang hajat terus, tanpa makan dan minum alhasil kita akan kekurangan nutrisi. Pasti kita akan sakit juga, bahkan mati!” jelas Syaiha ketika menganalogikan kegiatan membaca dan menulis.

“Jika ingin menjadi penulis sebenarnya tidak ada ilmunya, tidak ada teorinya. Karena pada dasarnya jika ingin menjadi penulis ya harus nulis! Nulis tiap hari! Baca nulis, baca nulis. Itu saja.” Sambungnya lagi.


0 komentar:

Posting Komentar