Sore itu di
dalam lingkaran ukhuwah. Romantis, karena rinainya menemaniku hingga penghujung
kalam seorang Murabbiyah. Hangat,
karena cinta-Nya baluti setiap tetes kalimat Rabitah. Ya, setiap Kamis sore aku dan empat akhwat lainnya berpadu
dalam suatu kisah yang tak pernah kami lupakan. Di sana tempat menyemainya
cinta dalam kalam-Nya.
Ada yang
menarik kali ini, sebuah pembahasan tentang
sistem pendidikan yang salah di
Indonesia. Mengapa salah? Mungkin kamu ada yang tidak setuju dengan pendapat
ini. Tapi setidaknya sistem pendidikan di negara kita memang sangat lemah. Saya
adalah salah satu korban dari ‘perbudakan’ sistem itu. Sehingga tidak sedikit
kita malah membandingkan dengan negara lain. Sebut saja Jepang, negara ini
terkenal dengan sistem pendidikannya yang bagus. Pendidikan di Jepang tidak
mengedepankan nilai kognitif atau nilai akademik saja. Namun mereka
mengutamakan pendidikan moral dan menggali potensi sejak usia dini. Dalam
sistem ini mereka membentuk pribadi-pribadi yang peka terhadap sesama. Bersopan
santun dan tatakrama yang baik.
Selain itu
salah satu target dari pendidikan usia dini di sana adalah menumbuhkembangkan
rasa ingin tahu mengenai lingkungan hidupnya. Jadi tidak aneh jika Jepang banyak
melahirkan produk inovatif dibandingkan Indonesia.
Ada lagi yang
menarik, berkaitan dengan rasa percaya diri. Pe-de, biasanya kita sering
menemui anak-anak yang krisis pe-de. Karena energi positif ke-pe-de-an jarang
sekali diberikan oleh guru dan orang tua di Indonesia. Nah di sana, pe-de
ditumbuhkan melalui dukungan yang diberikan oleh guru dan orang tua. Misalnya,
guru mendorong anak untuk berani mencoba segala permainan dan memberi pujian
jika anak menunjukkan kemajuan walau kemajuan itu hanya sedikit. Orang tua pun
sama, mereka menanamkan kepada anaknya rasa selalu berusaha. Karena segala
sesuatu dinilai dari prosesnya, bukan hasilnya. Sebagai contoh, ketika anak
mendapatkan nilai yang bagus orang tua akan berkata: “Bagus nak, selamat atas
perjuanganmu. Teruslah berusaha!” Jadi, kalimat pangungkasnya tertuju
pada proses mencapai kesuksesan tersebut.
Yang penting
proses, bro! Jangan terpacu oleh hasil dengan nilai yang bagus. Jika hal ini
masih dilakukan, maka peluang keburukan semakin terbuka lebar. Maka dari itu
tidak sedikit di Indonesia membudayakan mencontek saat ujian. Karena sudah
ditanamkan dalam diri bahwa harus meraih nilai bagus, bukan perjuangan dan
proses yang bagus.
Mas bro n mbak bro, kelemahan sistem
pendidikan inilah yang menjadi kehancuran negara. Kita lebih mendahulukan nilai
akademik dibanding akhlak dan moral. Ingat dengan Rasul kita? Ya, Rasulullah
SAW memiliki akhlak yang baik. Oleh karena itu kita harus mengacu pada beliau.
Ternyata yang diutamakan olehnya bukan ilmunya dulu, tapi agamanya alias akhlak
atau moral. Padahal yang mayoritas Islam adalah Indonesia. Bukan Jepang! Tapi
mengapa sistem yang harusnya diterapkan di negara Islam malah dilupakan? Allah
SWT pun sudah mengingatkan dalam firmannya pada QS. Al-Mujadilah : 11 “Allah
akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat.” Dalam ayat ini pun sudah jelas bro, kita sebagai muslim dan mengaku
beriman, harusnya dalam pendidikan ini kita utamakan akhlak terlebih dahulu.
So, kita
tidak bisa terus menyalahkan sistem yang sudah ada. Yang harus dilakukan adalah
kita harus pintar-pintar membina akhlak dan moral kita di luar sistem
pendidikan itu. Jangan lagi ada kata gengsi untuk mendaftarkan anak ke
sekolah-sekolah Islam Terpadu. Jangan lagi malu mengajak teman atau kerabat
untuk ikut dalam pengajian dan pembinaan akhlak. Waktunya kita merapatkan dalam
barisan di tengah sistem pendidikan di Indonesia.
Yang
penting proses, bro!
Selamat
melanjutkan perjuanganmu dan berusaha mengejar harapanmu!
Happy Jumat
Mubarak!
Keep Smile
^_^
(Jumat, 16 Mei 2014)
(Jumat, 16 Mei 2014)
0 komentar:
Posting Komentar