Sabtu, 15 Agustus 2015

Oleh-Oleh Kamis Sore

“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rejekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (QS. Hud : 6)


Sahabat Elsya, ayat nan indah itulah menjadi pembuka oleh-oleh yang kudapat dalam kajian Kamis sore kemarin. Bu Ida, namanya. Beliau adalah guru kami sejak lama. Setiap tausiahnya selalu menyejukkan jiwa. Maka tidak aneh kami betah menimba ilmu agama kepadanya.

Ya, ayat di atas menjadi oleh-oleh pertama sore itu. Bahwa semua makhluk hidup di bumi ini sudah diatur rejekinya masing-masing. Jangan khawatir tidak bisa menafkahi keluargamu, jangan takut tidak bisa menyekolahkan anak-anakmu.

Namun apakah dengan duduk manis di rumah saja bisa tetap makan? Tanpa berusaha dan berdoa? No no no no... Ini adalah oleh-oleh kedua, ada dalam surat An-Najm ayat 39,

“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.”

Sudah jelas ya ayat-Nya. Banyak atau sedikitnya rejeki yang didapat tergantung dengan usaha yang dilakukan. Apakah sudah optimal? Allah itu Maha Pengasih Maha Penyayang. Maha Pengasih-Nya untuk mereka yang giat berusaha. Tidak pandang bulu, mau dia Islam atau Kristen jika berusaha dengan giat akan diberi rejeki-Nya. Berbeda dengan Maha Penyayang. Sayang-Nya hanya untuk manusia yang beriman dan bertakwa saja. Kamu mau yang mana? Tentu mau dikasih dan disayang kan? All right!

Semua manusia rejekinya sudah Allah jamin. Tinggal kita pancing  rejeki itu dengan kail dan umpan yang bagus. Dengan usaha yang optimal dan doa yang sungguh-sungguh. Insya Allah ikan akan berdatangan jika kita menaruh kail yang banyak di berbagai penjuru. Sama saja dengan usaha. Jika dari satu sumber belum berhasil, siapa tau sumber lain akan berbuahkan manis. Kuncinya jangan menyerah dan berputus asa. Karena rejeki banyak pintunya. Tugas kita adalah buka pintu rejeki itu lebar-lebar.

Nah, oleh-oleh ketiga sangat menarik. Tertulis dalam surat Ibrahim ayat 7,

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-ku sangat berat.”

Sahabat Elsya, kita sudah berusaha dan berdoa, langkah selanjutnya yang tidak kalah penting adalah bersyukur. Ya, bersyukur. Selalu bersyukur dengan segala sesuatu yang sudah Allah berikan kepada kita. Insya Allah dengan rasa syukur kita setiap saat, kenikmatan akan bertambah. Rasa syukur ini harus diiringi dengan sifat berbaik sangka. Karena jika ada sifat berburuk sangka, kita akan terus mengutuk saat hasil yang kita peroleh tidak sesuai dengan harapan. Saat kenyataan tidak sesuai dengan harapan.

Misalnya, saat ini harga daging sapi sedang melambung. Akibatnya daging menjadi langka. Tukang bakso yang setiap hari lewat depan rumah mendadak tidak ada. Pasalnya mereka libur karena tidak bisa mendapatkan bahan bakunya.

Apakah harus memaki tukang bakso mengapa tidak jualan?
Atau bapak-bapak berdasi yang sedang duduk di kursi pemerintahan?

Hmmmm... semuanya salah. Yang harus dilakukan adalah bersyukur dan berbaik sangka. Bersyukur karena sekarang tukang bakso tidak lewat depan rumah. Jadi, isi kantong pun bisa terselamatkan. Bahkan program diet tidak jadi berantakan. Berbaik sangka saja, mungkin pemerintah sedang mengatur pasokan daging. Sebentar lagi kan Idul Adha, waktunya kita pesta daging sapi. Hehehe. Mungkin saja.. mungkin saja.. mungkin saja.. Carilah seribu alasan baik sebelum berburuk sangka.

Hadeeeeuh, lagi bahas rejeki malah nyambung ke daging deh. Iya kebawa hawa-hawa berita soalnya. Intinya sih jika kita belum mendapatkan apa yang kita harapkan bersyukur dan berbaik sangka saja. Tidak ada yang lain. Titik.

Contoh lain, bulan ini penghasilannya sekian puluh juta, ceileeehhh gede bener penghasilannya bang. Padahal bulan sebelumnya bisa mencapai ratusan juta. Maka beryukurlah dengan rejeki yang sudah diperoleh. Itulah buah dari kerja keras kita. Akibat dari turunnya penghasilan, jangan malah mengomel karena bulan ini tidak bisa jalan-jalan. Jangan memaki karena bulan ini tidak bisa makan enak di restoran. Dan jangan marah jika bulan ini tidak bisa beli baju kesukaan.

Berbaik sangkanya, mungkin usahanya belum optimal, mungkin ibadahnya kurang maksimal. Mungkin Allah sayang sama kita, siapa tau kalau terus dikasih penghasilan yang banyak kita akan lalai. Lupa sedekah bahkan ibadah. Mungkin sedekahnya kurang, mungkin ini mungkin itu. Jangan sekali-kali malah meratapi dengan rejeki yang sudah diperoleh. Sampai-sampai segala macam cara dilakukan demi memenuhi hasrat kekayaan. Naudzubillah.


Naaah, oleh-oleh yang terkahir adalah, rejeki dari Allah yang tidak disangka-sangka. Ya, tercantum dalam surat At-Talaq ayat 2-3,

“.......... Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. {2}. Dan Dia memberinya rejeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya............{3}”

Wow, adem deh baca terjemah ayat ini. Tugas kita yang terkahir adalah bertakwa dan bertawakal kepada Allah. Berusaha, berdoa, beryukur dan berbaik sangka sudah dilakukan. Maka bertawakallah. Ini janji Allah lhooo, jadi jangan khawatir yaaaaa..

Pernah kan lagi seret-seretnya karena akhir bulan, gajian masih beberapa hari lagi. Tapi kantong udah bolong, Eeeehhh nggak disangka-sangka ada uang di saku baju yang sudah lama nggak dipake. Itu rasanyaaaa, menyenangkan sekali. Padahal cuma goceng misalnya. Atau sudah kesana kemari banting tulang usaha, tapi penghasilan masih segitu-gitu saja. Eeeeeehhh, nggak disangka-sangka jualan kita ada yang borong. Pokoknya rasanya seneeeeng banget dan pengen jingkrak-jingkrak. Karena rejeki yang tidak disangka-sangka tuh rasanya luar biasa. Nikamt banget. Pake banget.

Alhamdulillah, empat oleh-oleh Kamis sore ini sungguh luar biasa. Jika kita bisa mengaplikasikannya. Insya Allah ini menjadi kunci kebahagiaan. Kunci kekayaan. Bahagia dan kaya hanya ada di sini (nunjuk dada). Ada dalam hati yang paaaaaliiiiiiiing dalam. Bahagia atau tidaknya seseorang tergantung rasa syukurnya. Semakin kita bersyukur, maka akan semakin bahagia. Karena orang yang selalu bersyukur tidak pernah merasa kekurangan. Hidupnya tuh cukuuuup terus. Insya Allah.

Terima kasih bu, sudah mengajarkan bersyukur menjadi keindahan. Karena tersirat sebuah kekuatan. Semoga selalu terselip rasa syukur ini dalam setiap keadaan. Menjadi penawar lara saat harapan tak menjadi kenyataan. Bahkan penyambung nyawa saat sebulir nasi belum didapatkan. Semoga.


0 komentar:

Posting Komentar