Senin, 14 September 2015

Sedihnya, suamiku lupa dengan hari lahirku!

“Selamat hari lahir ya, Nak. Semoga tambah dewasa.” Kata Ibuku di seberang sana.

Ya, kemarin, jam sembilan pagi beliau menelepon. Mengucapkan doa di hari ulang tahunku. Ibuku mejadi orang pertama yang memberikan doa. Ahh basi deh, bukan soal basi, tapi setidaknya ini membuktikan siapa yang peduli dan siapa yang acuh.

Setelah telepon di tutup suamiku menghampiriku. Saat itu aku sedang memasak dan ia masih sibuk sambil membantu mencuci baju. Kemarin kan weekend.

"Selamat milad, Mi. Maaf ya, hampir lupa,"
"Nggak apa2" jawabku.
"Ummi kan nggak penting" tegasku melanjutkan.



Suamiku ingat karena mendengar percakapan aku dan ibuku di telepon. Oh My God. Bagaimana bisa lelaki itu lupa dengan hari lahirku? Kemarin, 13 September adalah hari lahirku sekaligus tanggal kelahiran Alif. Alif ulang bulan yang ke-6.

Apakah ada yang lebih istimewa selain aku dan Alif?
Apakah ada yang lebih penting selain kami?

Hancur lebur. Luluh lantah tak berarah. Menyatu dengan kekecewaan yang mendalam. Hanyut terbawa harapan yang temaram. Kini, hanya air mata dan kelopak yang lebam. Menjadi saksi kekecewaan.

Mungkin, suamiku merasa bersalah karena sudah melupakan hari lahirku. Maka tak heran ia menjadi lebih rajin. Beberapa perkerjaan rumah ia selesaikan. Ahh, itu tak membuatku meleleh, tetap saja aku masih kecewa.

“Kenapa, Mi?” tanyanya singkat.
“Enggak kenapa-napa” jawabku semalam.

Sejurus dengan pertanyaannya itu aku langsung melarikan diri ke kamar. Menangis dengan sedikit menahan, khawatir terdengar. Kerongkonganku sakit. Aku menangis diam-diam. Sudah tak tahan diacuhkan. Sudah jelas-jelas aku merasa kecewa, tapi lelaki itu tidak peka. Tidak merasakan kekecewaan yang sedang aku alami. Aku malas bicara. Akhirnya aku kirimkan sebuah pesan singkat melalui BBM untuk mewakili perasaanku.

“Udah jelas2 aku ngambex, malah ditanya. Ya Allah nggak peka banget yaaa.
Nggak ada tahun yang paling mengecewakan selain tahun ini. Iya, hari ini. Biasanya nangis bahagia sekarang nangis kecewa.”

Dan kautahu?
Pesannya hanya diRead saja.
Udah deh ini mah kelar hidupku. Kelar semuanya.

Rasanya ingin segera berganti hari saja. Berganti bulan untuk melupakan kekecewaan. Bulan ini menjadi September paling terburuk. Padahal tahun lalu menjadi September terindahku.
Aku ingin tidur lebih awal. Sebelum tidur, biasanya aku memastikan semuanya makanan sudah rapi. Masuk kulkas. Agar tidak ada sisa makanan yang terbuang. Esoknya masih bisa dipanaskan untuk sarapan. Ketika aku hendak membereskannya ke kulkas ada sebongkah kebahagiaan. Ternyata suamiku memberi sebuah kejutan.

Ella Nurhayati, Ummi Alif, cerita emak-emak muda, stay at home mom, puisi untuk suami, perkembangan anak, hidup sehat dan hemat, emak-emak blogger, kataella.blogspot.com, mpasi, kejutan untuk istri, ulang tahun

Huwaaaa..
Sahabat Elsya.. kemarin seharian bete sebete-betenya. Bagaimana tidak. Orang yang aku sayang lupa dengan hari yang spesial. Sakitnya tuh di sini *nunjuk dada, nunjuk kepala nunjuk dompet*loh.

Tapi Alhamdulillah. Semua hanyalah skenario belaka. Aku langsung berhambur padanya, nangis sejadi-jadinya. Meluapkan kekecewaaan. Tapi sekarang aku bahagia. Plus kesel. Kenapa aku bisa masuk dalam skenario dramanya? Huh, sebal.

Bersamaan dengan itu, setelah beberapa menit. Hapeku langsung ramai. Ternyata ia pun meminta ke beberapa teman untuk memberikan ucapan lewat pesan singkat. Ada lewat BBM, WhatsApp dan SMS. Berbarengan, di penghujung tanggal 13 September.

Terima kasih, Bi. Tetaplah menjadi lelaki hebatnya kami. Untuk Alif dan Ummi.



0 komentar:

Posting Komentar