Senin, 22 Februari 2016

[Review] Love Story of Birthing

Sayang… Penjagaan terbaik itu bukan dari ayah. Bukan pula dari bunda. Penjagaan terbaik itu hadirnya dari Allah. Kita hanya mampu berikhtiar dan tawakkal sebaik mungkin. Laa haula walaa quwwata illa billah.

Hari-hari pertemuan kita semakin dekat. Dokter memperkirakan kita akan berjumpa di akhir bulan Februari atau awal Maret 2015. Bunda yang saat itu sedang menemani ayah mengerjakan proyeknya di kabupaten Cilacap, kembali ke Bogor untuk mempersiapkan kelahiranmu. Ayah dan bunda memang terpisah sementara, semacam lagu populer saat surat ini ditulis. “Aku di sini... Engkau di sana... Kita bertemu lewat suara...”

Meski berjauhan, ayahmu adalah ayah siaga. Hormatilah ayah, Nak. Setiap hari, ayah menelepon untuk menanyakan kabarmu, juga mengecek aktivitas rutin yang harus bunda lakukan untuk mempersiapkan kelahiranmu. Ayah sampai menuliskan dan menempelkan aktivitas rutin itu di samping tempat tidur, mulai dari minum air putih minimal 2,5 liter per-hari agar air ketuban yang melindunginmu tidak lagi kekurangan, senam hamil, jalan kaki, sampai persiapan-persiapan ruhiyah.

Ayah juga menjenguk kita tiap dua pekan sekali, mengajakmu bicara. Kamu masih ingat? Tidak apa-apa, jika kamu tak ingat hal itu. Tapi, semoga kamu selalu ingat, bahwa kamu pernah melakukan perjanjian dengan Rabb-mu. Iya. Kamu yang mengakui bahwa Tuhan-mu adalah Allah sebelum ditiupkan ruh ke dalam jasadmu.

Ah, iya. Manusia memang pelupa, Nak. Sering kali lupa. Untuk itulah, kamu dan bunda harus senantiasa mengingatkan dalam kebaikan ya :)

Minggu itu, usia kandunganmu memasuki minggu ke-36. Dokter bilang, usia 37 minggu kamu sebenarnya sudah bisa bertemu ayah dan bunda. Kamu sudah siap? Sejujurnya bunda cukup deg-degan menghadapi proses kelahiran maupun proses setelahnya. Bunda ingin sekali bisa melahirkan normal, lancar dan ditemani ayah, meskipun ayah sedang jauh. Ayah bilang, minggu itu terakhir ayah menemui kita sebelum nanti persalinan tiba. Kalau sekiranya bunda sudah mulai mulas-mulas, bunda harus segera menghubungi ayah.

Sayang, bunda yakin Allah selalu memberikan skenario terbaik dalam hidup kita. Tugas kita adalah melakukan bagian kita dan bertawakkal. Saat itu, bunda tidak merancang skrenario agar ayah bisa tepat waktu datang saat kamu menyapa dunia. Bunda serahkan pada Allah yang mengatur segalanya.

Memasuki minggu ke-38, belum juga ada tanda-tanda kamu sudah siap bertemu kami. Sebelumnya, posisimu dalam rahim bunda masih telentang. Tapi sekarang posisimu sudah menghadap punggung  bunda. Tiba-tiba saja ayah menghubungi, bahwa sepertinya akhir pekan akan ke Bogor karena belum ada tanda-tanda persalinan, dan khawatir akan terlalu lama tidak menjenguk.

Sabtu itu, ayah datang di usiamu ke-39 minggu dalam kandungan. Kami ke dokter seperti biasa untuk melihat keadaanmu. Kamu sehat sayang. Dan menurut USG, beratmu sudah 3,2 kg. Dokter berharap kamu bisa lahir minggu ini, agar beratmu tidak terlalu besar.

Memang Allah yang mengatur segala urusan kita, Sayang. Selalu dan selalu. Sorenya bunda mengalami flek sedikit, tapi ternyata belum ada pembukaan saat diperiksakan di Klinik Bidan yang insyaAllah akan menjadi tempat persalinanmu. Bidan bilang, persalinan bisa kapan saja, besok lusa atau bahkan minggu depan.

Malamnya, bunda mulai sulit tidur karena kontraksi-kontraksi palsu. Keesokan paginya, kontraksi palsu semakin terasa. Ini mungkin waktunya, Nak. Bunda membawamu berjalan-jalan keliling komplek. Semoga ini memudahkanmu mencari jalan lahir. Ayah membantu bunda menghitung frekuensi kontraksi yang terjadi. 

Sore harinya, kontaksi semakin teratur setiap 5 menit sekali. Akhirnya, kami memeriksakan kembali ke bidan dan ternyata sudah masuk pembukaan dua. MasyaAllah! Allah menghendaki ayah yang menemani detik-detik kelahiranmu, justru di saat yang sebenarnya bukan jadwal ayah untuk datang. Malam itu, kami menantimu.

Sebelumnya, bunda benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya kontraksi menuju persalinan dan persalinan itu sendiri. Sekarangpun bunda sulit menjelaskannya padamu, Nak. Mulas dan sakitnya sulit digambarkan. Rasa’ itu bisa membuat bunda meremas ayah kuat-kuat. 

Mendesis, menggigit bibir, dan menahan diri tidak berteriak-teriak agar bisa mengatur nafas dengan baik. Kata-kata bidan saat senam hamil terngiang di kepala bunda, “Proses persalinan adalah proses perjuangan ibu dan anak. Bayangkan anak kita sedang berusaha membuka dan melewati jalan lahir yang kecil itu. Bantu dengan mengambil nafas yang banyak agar ia tidak kekurangan oksigen.

Kata-kata itu membantu bunda berpikir positif, dan fokus kepadamu. Ayo, Nak! Bersemangatlah! Bunda merasakan tiap doronganmu, sebentar lagi kita akan bertemu.

Ayah dan bunda yang masih polos ini kebingungan saat itu, apa tanda-tanda kamu telah siap lahir? Pukul 23.00 WIB, bunda mulai merasakan sakit yang lebih sering frekuensinya dan kuat intensitasnya. Ayah segera memanggil bidan. Tebak, Sayang! Apa yang bidan katakan?


Love Story of Birthing, cerita melahirkan yang inspiratif, proses melahirkan yang unik, cerita tentang melahirkan, melahirkan, cerpen melahirkan, http://kataella.blogspot.com
Cover buku Love Story of Birthing


Hmmm... Penasaran dengan cerita lengkapnya? Potongan cerita di atas ditulis oleh An Nisaa Nur Citra Dien. Ini adalah cerita kedua yang aku posting. Sebelumnya ada sekilas cerita bang Alif saat pertama kali menatap dunia. Keduanya terbungkus rapi dalam satu buku. Ya, Love Story of Birthing. Buku ini adalah kumpulan cerita inspiratif dan unik. Tentang apa sih? Tentu saja tentang cerita perjuangan melahirkan. 

Dalam buku ini, ada dua puluh tujuh momen yang luar biasa. Ceritanya sangat beragam, ditulis oleh wanita-wanita hebat yang sudah berjuang dengan maksimal. Kamu harus menjadi bagian dari perjuangan itu. Caranya segera miliki bukunya. Eh, masih ada nggak ya? Karena buku ini laris manis, Alhamdulillah. Dicetaknya terbatas. Jadi memang limited edition, halah apasih. Hehe. *sebentar cek stok dulu* ternyata hanya sisa beberapa buku saja. Ini pun sengaja disisakan untuk arsip penulis. Tapi jika kamu penasaran dengan cerita lengkapnya, langsung hubungi kontak personnya.

Aku ikut menulis juga dalam antologi ini. Kebetulan, proses layout dan cover desain pun aku yang mengerjakan. Ada kebanggaan tersendiri bisa menjadi bagian dari kisahnya. Karena ini bukan hanya sekedar cerita. Di dalamnya tersimpan banyak hikmah yang luar biasa. Dalam setiap jengkal aku baca, selalu ada haru yang menjelma. Ahh, entah itu datangnya dari mana. Mungkin karena aku pun pernah melahirkan juga.



Judul: Love Story of Birthing
Penulis: Shalihah Motherhood(27 penulis)
Jumlah halaman: xiv + 270 halaman
Ukuran: 13cm x 21cm
Penerbit: Lovrinz Publishing 
ISBN: 978-602-0849-89-8


Apa kata mereka tentang buku ini:




"Subhanallah, membaca perjuangan para ibu di dalam buku ini yang berjihad saat melahirkan, membuat saya teringat momen menegangkan itu. Tak heran bila Rasulullah Saw bersabda, "Ibumu.. Ibumu.. Ibumu... Baru kemudian ayahmu."


(Leyla Hana. Penulis Novel & Buku Panduan Pernikahan)


"Ingin mengetahui perjuangan para ibu saat mengandung hingga melahirkan? Bagaimana rasa sakit, harap harap cemas saat menanti buah hati terlahir ke muka bumi? Buku ini akan menjawab rasa ingin tahu dan penasaran, diluahkan oleh 27 penulis perempuan dari berbagai pelosok negeri. Patut diapresiasi buku cantik yang mencerahkan ini."

(Pipiet Senja. Novelis Indonesia, telah menulis 185 buku inspirasi)

"Selamat belajar dari buku ini. Meski tulisan-tulisannya tampak sederhana, namun ia menghimpun beragam ilmu medis, dan menampilkan alur ketegangan yang seru. Segeralah membaca!!!"

(Muhammad Irfan Abdul Aziz. Staff. Divisi Kaderisasi BPP FLP)



10 komentar:

  1. Melahirkan adalah jihadnya seorang ibu, meski sakit tapi nggak kapok ya mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggak kapoklaaah.. malah kangen hamil lagi. Hehehe.

      Hapus
    2. Kapok kapok lombok... Pengen lagi dan lagi...
      Saya cukup dua saja.. Sudah uzur hihihi

      Hapus
    3. Kapok kapok lombok... Pengen lagi dan lagi...
      Saya cukup dua saja.. Sudah uzur hihihi

      Hapus
    4. Iya.. klo kata tobatmah, tobat sambel.. mau lagi, lagi, lagi..... saya sih pengennya mah 3 atau 4. Tapi sy serahkan saja sama Allah.hehe

      Hapus
  2. Pengen punya baby lagi...hehhehe. Tp saya ga kuat sama baby blues nya...:( saya sedang mempersiapkan mental. Semoga 2 tahun depan adiknya Ahmad bisa launching.. Hehhehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Sabrina baby blues? Hmmm.. wajarsih mbak, namanya mahmud alias mamah muda or baru..banyak2 sharing aja sama temen yg seperjuangan..

      Amin.. Amin.. smoga ntar Ahmad bisa dapet ade

      Hapus
    2. Iyya mbak Ella. Saya baby bluesnya lumayan parah. Tengah malam kalau bangun pasti nangis Bombay di dada suami. Bangun2 suami heran ko' kaosnya basah... Hhahhaha

      Hapus