Jumat, 30 Mei 2014

Aa Gue Nggak Jomblo Lagi, Cuy!


...Baarakallaahu laka, wa baarakallahu ‘alaika, wa jama’a bainakuma fii khaiir, buat Aa dan keluarga baruku Teh Nia... Semoga kalian menjadi keluarga yang SAMAWA. Langgeng sampe nenek kakek. Amin Ya Rabbal’alamin...


Bahagia!

Itulah rasaku saat mendengarmu akan menempuh perjalanan baru. Manisnya perkenalan tentu sudah kau jalani, ucap ikrar dan janji setia pun sudah kau lewati. Hidup yang biasa kau jalani seorang diri kini tak akan ada lagi. Bahagianya dirimu karena akan ada yang selalu mengingatimu ketika alpa, menghiburmu ketika duka, menentramkanmu ketika sepi. Itulah bidadarimu.

“Please, aa mau kamu datang. Urusan uang itu nomer kesekian. Yang penting kamu bisa nemenin acara pernikahan aa.” Suara di seberang telepon memelas. Hening.

Ya, dialah kakakku yang akrab kupanggil ‘aa’ karena kami asli Sunda. Menginjak usianya yang ke dua puluh delapan ia melepaskan masa jomblonya. Sekarang aa gue nggak jombo lagi, cuy! Awalnya aku memang berencana mengirim kado dan sedikit amplop saja. Karena aku tidak bisa pergi berdua bersama suamiku. Beliau tidak libur mengajar. Tapi mendengar kakakku meminta untuk aku datang ke acaranya itu, bisa meluluhkan hatiku. Alhasil, rencana keberangakatan berubah total. Esoknya setelah kakakku menelepon, aku langsung meluncur ke Pandeglang, Banten. Tepat pada hari Selasa, 27 Mei 2014 lalu. Tentunya sendiri. Alhamdulillah suamiku mengizinkan.

Sudah pasti aku tidak akan menunggui kakakku mengucap ikrar sucinya. Karena proses akad dimulai jam sepuluh pagi. Sementara butuh enam jam perjalanan dari Bogor ke sana. Jam enam kurang tiga puluh lima menit aku berangkat. Awalnya aku berencana naik bis Arimbi jurusan Serang. Namun saat itu bisnya masih sejam lagi waktu keberangkatan. Akhirnya aku memilih bis Rudi jurusan Rangkas Bitung. Bis ini tanpa AC. Saat itu aku tidak berpikir macam-macam soal kondisi bis, yang ada dalam benakku bagaimana bisa segera sampai ke tempat acara kakakku. Itu saja.

Pengap. Panas. Asap rokok. Ngetem. Berisik!

                Itu semua rentetan kata-kata untuk menggambarkan kondisi saat aku berada di bis Rudi. Ternyata tidak senyaman menaiki bis Arimbi. Waktu perjalanan pun lebih lama. Tepos nih! Namun kupercaya ini semua memang sudah jalanNya. Kunikmati perjalananku menuju kampung halamanku. Pandeglang, Banten. Keluarga di sana sudah beberapa akli meneleponku. Bawel! Tidak berhenti di bis itu saja, ternyata dari jalan raya menuju kampung tempat acara sangat jauh. Itu kata keluargaku yang sudah lebih dulu berada di sana. Benar saja, jalanan rusak, melewati hutan, pohon salak berjejer menemani perjalananku saat itu. Huft!

                Pukul dua belas lewat dua puluh satu menit aku tiba di acara. Aku disambut oleh keluarga besarnya. Meriah sekali. Pusing, kepalaku saat itu. Mungkin karena perjalanan yang cukup menguras tenaga. Kutemui kakakku saat itu yang sedang beristirahat, pengantin wanita sedang mengganti pakaiannya.

                “Ciyeeee.. aa gue yang paling jelek udah nggak jomblo lagi.” Kataku, serasa mencium kedua pipinya.Haru.

                “Iyalah, emangnya kamu aja yang bisa pamer poto berduaan di facebook? Aa juga bisa! Makasih udah dateng, makan dulu sana.” Kakakku bersemangat. Bahagia.

0 komentar:

Posting Komentar