Selasa, 09 Juni 2015

Emak-Emak SAHM or WM, Kalian Luar Biassaaa..

Bismillah...

Apa kabar sahabat Elsya? Lama tak bersua di dunia per-blog-an :D
Rasanya baru kemarin aku masih melajang, tapi nyatanya sekarang aku bukan seorang gadis lagi, yang sukanya kesana kemari membawa alamat (opsss.. kurir Ayu Ting-Ting kali ye :D).
Ya, tahun 2014 aku menikah dan tahun 2015 ini aku resmi menjadi seorang ibu. Tanggal 13 Maret lalu aku melahirkan seorang putra yang menggemaskan, Alif Fathul Hadi namanya. Lanjutan cerita proses lahirannya nanti aja ya (nunggu moodynya dateng... *LOL).

Well, kali ini aku hanya akan bercerita sedikit mengenai SAHM VS WM. Jenis makanan apa itu ya? Hihiy. SAHM atau Stay At Home Mom dan WM alias Working Mom. Istilah ini sedang ngetren dikalangan emak-emak sepertiku (Ciyeee udah jadi emak-emak... Cihuuuyyy). Gimana nggak ngetren coba, beberapa kali kulihat sebuah status membahas soal seorang ibu bekerja dan memilih baby sitter untuk mengurusi anaknya. Ada lagi kujumpai sebuah bahasan disebuah grup seorang yang memilih full menjadi ibu rumah tangga. Mengurus anak, suami dan rumah. Yang membuat geram ada juga yang saling mengejek. “Alah, percuma sekolah tinggi-tinggi tapi ujungnya di dapur.” Atau “Kasian ya, anaknya sama baby sitter. Emaknya sibuk di luar nyari duit sama bapaknya. Kasian tuh kurang kasih sayang." Hahh! Dua-duanya memang menjadi bahasan yang tidak pernah ada ujungnya.

Heeeyyy buat kamu emak-emak, SAHM maupun WM. Cobalah berpikir lebih luas lagi. Jangan sempit deh. Hidup itu kan pilihan. Setiap pilhan wajib diambil dengan paket resikonya. So, bahagialah dengan pilihan yang kamu ambil. Tanpa harus megejek pilihan orang lain. Karena dua-duanya tidak ada yang paling baik atau paling buruk. Jika dijalani dengan ikhlas dan diniatkan ibadah, Insya Allah berlimpah berkah.

Buat kamu yang WM, kesibukanmu mungkin nambah ya... ngurus kerjaan kantor, ngurus anak ngurus suami dan ngurus rumah, opppsss ada ART ding sekarang mah. Iya sih ada ART, tapi setidaknya kamu bisa lebih bercabang kesibukannya. Stop menganggap rendah emak-emak yang SAHM. Jaga perasaan juga kalau-kalau ada yang membahas isu mengenai ‘Punya penghasilan walau kerja di rumah’ ‘Kerja di rumah sambil ngurus anak’ dan banyak lagi deeehhh bahasan tentang SAHM. Naahh.. karena kamu sudah memilih menjadi seorang WM, so berbahagialah dengan pilihan itu. Jangan hiraukan kicauan yang tidak berguna di luar sana. Kamu harus tetap menjalankan kewajibanmu menjadi seorang ‘guru’ bagi anak-anakmu. Menjadi seorang istri yang baik bagi suamimu. Dengan begitu, anak bahagia dan kamu pun bisa membantu perekonomian keluarga. Semangat yaaaa untuk emak-emak WM.

Dan buat kamu yang SAHM (ngacuuung... aku SAHM :D) tidak perlu minder dan terlalu berbangga diri. Tidak perlu minder karena ijazah hanya nganggur disimpan di lemari saja. Atau tidak usah juga berbangga diri karena merasa bisa mengurus anak full 24 jam. Gini sobat, sekedar curhatan hati saja nih. Mengapa aku memilih menjadi SAHM? Emak-emak yang diem di rumah itu sebenarnya tak ‘sesumpek’ yang kamu bayangkan. Walaupun puter-puter disitu-situ aja, tapi emak-emak SAHM bisa lebih mengeksplor perkembangan anaknya. Mencurahkan segenap kasih sayangnya setiap saat. Mengatur rumahnya sendiri, mengurus suami juga. Soal ijazah? Laaahh dulu emang tujuan sekolah/kuliah apa heeeyyy? Jadi kembali lagi ke pribadi masing-masing. Tapi walaupun jadi emak SAHM, tetep yaaaa.. sosialisasi keluar harus jalan terus. Kamu bisa cari kegiatan yang lebih asyik. Misalnya bisnis online yang sedang Innn di kalangan SAHM nih. Atau kegiatan lain yang yang menjadi hobi dan bakat kamu. Kekurangannya yaaa, jadi SAHm kadang lelah bingit..hehe

Alhamdulillah, semenjak memutuskan menikah aku memilih jalan hidupku untuk menjadi SAHM. Hingga berlanjut pasca melahirkan dan masa-masa menyusui seperti sekarang ini (sekarang Alif sudah 2m3w lho). Tapi tidak stop sampai disitu saja, celetukan-celetukan untuk emak-emak SAHM pun banyak. Pernah ya, aku dianggap nggak ada kegiatan lainlah selain ngurus anak, atau lebih santailah dari WM. Laaahh helooowww… tadi di atas sudah kutekankan, emak-emak SAHM atau WM tidak ada yang paling baik atau buruk. Karena semuanya adalah pilihan. Tapi tetep ya, tidak bisa dipungkiri... saat emak-emak sedang di zona tidak aman, pastilah yang namanya tersinggung bisa nyangkut.

So, sekali lagi nih ya... jangan membalas dengan berbagai macam pembenaran atas peran yang dipilih. Karena dua-duanya memang luar biasa. Profesi emak-emak tuh sama. Hanya caranya saja yang berbeda. Berbahagialah dengan keadaanmu sekarang. Jika belum merasa bahagia berarti ada yang salah dalam dirimu. Pikirkan lagi dengan matang, sudah nyamankah kamu dengan pilihan itu? Jika belum sok mangga atuh sebelum terlambat. WM bisa menjadi SAHM, atau SAHM bisa menjadi WM. Jangan lupa harus tetep pede ya dengan pilihan yang sudah kamu ambil. Masih banyak nih, wanita SAHM yang nggak pede karena sebenarnya ingin sekali kerja keluar atau wanita WM yang sebenernya ingin stay di rumah. Inilah peran suami, setiap keputusan itu butuh dukungan penuh dari suami. Suami harus mendukung penuh emak-emak yang memutuskan menjadi WM, dengan membantu mencari ART atau baby sitter. Tidak membanding-bandingkan istrinya dengan istri orang lain dan masih banyak lagi bentuk dukungannya. Nah, suami yang istrinya memilih SAHM berilah dukungan penuh juga. Tidak membandingkan dengan istri orang lain, membantu juga dalam soal membesarkan anak. Yang terpenting nih, menjaga perasaan istrinya. Mengertilah jika saat-saat wanita SAHM sedang merasa kelelahan (siapa suruh :D). Atau beri dukungan dengan mengizinkan tetap menjalani hobinya di rumah.

Hmmm... aku rasa cukup ya sobat. Memang, bahasan tentang SAHM atau WM tak akan habisnya. Tapi cukuplah ya mewakili walau bahasannya ngalor ngidul dulu. Setiap keluarga punya keunikan tersendiri. So... Sekali lagi SAHM atau WM, buat emak-emak kalian luar biassaaaaa.. *Ariel mode on


0 komentar:

Posting Komentar