Bismillah...
Apa kabar
sahabat Elsya? Lama tak bersua di dunia per-blog-an :D
Rasanya baru
kemarin aku masih melajang, tapi nyatanya sekarang aku bukan seorang gadis lagi, yang
sukanya kesana kemari membawa alamat (opsss.. kurir Ayu Ting-Ting kali ye :D).
Ya, tahun 2014 aku menikah dan tahun 2015 ini aku resmi menjadi seorang ibu.
Tanggal 13 Maret lalu aku melahirkan seorang putra yang menggemaskan, Alif
Fathul Hadi namanya. Lanjutan cerita proses lahirannya nanti aja ya (nunggu
moodynya dateng... *LOL).
Well, kali ini
aku hanya akan bercerita sedikit mengenai SAHM VS WM. Jenis makanan apa itu ya?
Hihiy. SAHM atau Stay At Home Mom dan WM alias Working Mom. Istilah ini sedang
ngetren dikalangan emak-emak sepertiku (Ciyeee udah jadi emak-emak...
Cihuuuyyy). Gimana nggak ngetren coba, beberapa kali kulihat sebuah status
membahas soal seorang ibu bekerja dan memilih baby sitter untuk mengurusi
anaknya. Ada lagi kujumpai sebuah bahasan disebuah grup seorang yang memilih
full menjadi ibu rumah tangga. Mengurus anak, suami dan rumah. Yang membuat
geram ada juga yang saling mengejek. “Alah, percuma sekolah tinggi-tinggi tapi
ujungnya di dapur.” Atau “Kasian ya, anaknya sama baby sitter. Emaknya sibuk di
luar nyari duit sama bapaknya. Kasian tuh kurang kasih sayang." Hahh! Dua-duanya
memang menjadi bahasan yang tidak pernah ada ujungnya.
Heeeyyy buat
kamu emak-emak, SAHM maupun WM. Cobalah berpikir lebih luas lagi. Jangan sempit
deh. Hidup itu kan pilihan. Setiap pilhan wajib diambil dengan paket resikonya.
So, bahagialah dengan pilihan yang kamu ambil. Tanpa harus megejek pilihan orang
lain. Karena dua-duanya tidak ada yang paling baik atau paling buruk. Jika
dijalani dengan ikhlas dan diniatkan ibadah, Insya Allah berlimpah berkah.
Buat kamu yang WM,
kesibukanmu mungkin nambah ya... ngurus kerjaan kantor, ngurus anak ngurus
suami dan ngurus rumah, opppsss ada ART
ding sekarang mah. Iya sih ada ART, tapi setidaknya kamu bisa lebih
bercabang kesibukannya. Stop menganggap rendah emak-emak yang SAHM. Jaga
perasaan juga kalau-kalau ada yang membahas isu mengenai ‘Punya penghasilan walau kerja di rumah’ ‘Kerja di rumah sambil ngurus
anak’ dan banyak lagi deeehhh bahasan tentang SAHM. Naahh.. karena kamu
sudah memilih menjadi seorang WM, so berbahagialah dengan pilihan itu. Jangan
hiraukan kicauan yang tidak berguna di luar sana. Kamu harus tetap menjalankan
kewajibanmu menjadi seorang ‘guru’
bagi anak-anakmu. Menjadi seorang istri yang baik bagi suamimu. Dengan begitu,
anak bahagia dan kamu pun bisa membantu perekonomian keluarga. Semangat yaaaa
untuk emak-emak WM.
Dan buat kamu
yang SAHM (ngacuuung... aku SAHM :D)
tidak perlu minder dan terlalu berbangga diri. Tidak perlu minder karena ijazah
hanya nganggur disimpan di lemari saja. Atau tidak usah juga berbangga diri
karena merasa bisa mengurus anak full 24 jam. Gini sobat, sekedar curhatan hati
saja nih. Mengapa aku memilih menjadi SAHM? Emak-emak yang diem di rumah itu
sebenarnya tak ‘sesumpek’ yang kamu
bayangkan. Walaupun puter-puter disitu-situ aja, tapi emak-emak SAHM bisa lebih
mengeksplor perkembangan anaknya. Mencurahkan segenap kasih sayangnya setiap
saat. Mengatur rumahnya sendiri, mengurus suami juga. Soal ijazah? Laaahh dulu
emang tujuan sekolah/kuliah apa heeeyyy? Jadi kembali lagi ke pribadi
masing-masing. Tapi walaupun jadi emak SAHM, tetep yaaaa.. sosialisasi keluar
harus jalan terus. Kamu bisa cari kegiatan yang lebih asyik. Misalnya bisnis
online yang sedang Innn di kalangan SAHM nih. Atau kegiatan lain yang yang
menjadi hobi dan bakat kamu. Kekurangannya yaaa, jadi SAHm kadang lelah bingit..hehe
Alhamdulillah,
semenjak memutuskan menikah aku memilih jalan hidupku untuk menjadi SAHM. Hingga berlanjut pasca melahirkan
dan masa-masa menyusui seperti sekarang ini
(sekarang Alif sudah 2m3w lho). Tapi tidak stop sampai disitu saja,
celetukan-celetukan untuk emak-emak SAHM pun banyak. Pernah ya, aku dianggap nggak ada kegiatan lainlah selain ngurus
anak, atau lebih santailah dari WM. Laaahh helooowww… tadi di atas sudah kutekankan, emak-emak SAHM atau WM
tidak ada yang paling baik atau buruk. Karena semuanya adalah pilihan. Tapi
tetep ya, tidak bisa dipungkiri... saat emak-emak sedang di zona tidak aman,
pastilah yang namanya tersinggung bisa nyangkut.
So, sekali lagi nih ya... jangan membalas dengan berbagai macam pembenaran
atas peran yang dipilih. Karena dua-duanya
memang luar biasa. Profesi emak-emak tuh sama. Hanya caranya saja yang berbeda.
Berbahagialah dengan keadaanmu sekarang. Jika belum merasa bahagia berarti ada
yang salah dalam dirimu. Pikirkan lagi dengan matang, sudah nyamankah kamu
dengan pilihan itu? Jika belum sok mangga atuh sebelum terlambat. WM bisa
menjadi SAHM, atau SAHM bisa menjadi WM. Jangan lupa harus tetep pede ya dengan
pilihan yang sudah kamu ambil. Masih banyak nih, wanita SAHM yang nggak pede
karena sebenarnya ingin sekali kerja keluar atau wanita WM yang sebenernya
ingin stay di rumah. Inilah peran suami, setiap keputusan itu butuh dukungan
penuh dari suami. Suami harus mendukung penuh emak-emak yang memutuskan menjadi
WM, dengan membantu mencari ART atau baby sitter. Tidak membanding-bandingkan
istrinya dengan istri orang lain dan masih banyak lagi bentuk dukungannya. Nah,
suami yang istrinya memilih SAHM berilah dukungan penuh juga. Tidak
membandingkan dengan istri orang lain, membantu juga dalam soal membesarkan
anak. Yang terpenting nih, menjaga perasaan istrinya. Mengertilah jika
saat-saat wanita SAHM sedang merasa kelelahan (siapa suruh :D). Atau beri
dukungan dengan mengizinkan tetap menjalani hobinya di rumah.
Hmmm... aku rasa cukup ya sobat. Memang, bahasan tentang SAHM atau WM tak
akan habisnya. Tapi cukuplah ya mewakili walau bahasannya ngalor ngidul dulu. Setiap
keluarga punya keunikan tersendiri. So... Sekali lagi SAHM atau WM, buat
emak-emak kalian luar biassaaaaa.. *Ariel
mode on
0 komentar:
Posting Komentar