Bismillah...
Sahabat Elsya, tadi siang sempet snewen juga sih. Gegara aku sudah panjang kali lebar nulis, eeeh klik publish, hasilnya nihil. Gagal publish. Tulisannya kemana? entah! Ia tak berjejak.
Alhamdulillah kini Alif sudah hampir sembilan bulan. Semakin hari semakin menggemaskan. Walau terkadang polahnya membuat 'geregetan'. Namun gelak tawanya selalu terngiang-ngiang. Bahkan saat tidur pun ia membuatku 'nyess', menyejukkan.
Ssstt.. sebenarnya
aku akan membahas proses melahirkan. Normal atau sesar? Pernah nggak mendengar
komentar jelek tentang operasi sesar? Hmmm... bikin geregetan deh! Padahal
sekarang kan sudah modern. Ilmu pengetahuan sudah lebih mudah diakses di mana
saja dan kapan saja. Biasanya yang masih komentar jelek adalah yang minim
pengetahuan. Atau bisa jadi dia yang notabene kaya pengetahuan, tapi belum
merasakan proses melahirkan atau hobi banget nyinyir sama orang.
"Kok sesar? sayang ya nggak ngerasin lahiran normal. Nggak ngerasain perjuangan ibu yang sesungguhnya."
Helooowww...
Proses melahirkan itu bukan mutlak harus normal. Jika kondisi medis yang tidak memungkinkan, apakah tetep 'keukeuh' normal? Perjuangan utamanya adalah keselamatan ibu dan anak. Bukan normal atau sesar. So, stop memandang sebelah mata kepada wanita yang belum bisa melahirkan normal.
Begini, bagi kamu yang masih 'demen' ngecap operasi sesar tuh enak. Banyak sekali kasus wanita yang berusaha normal tapi berujung sesar. Mungkin benar, pas proses 'brojolin' bayi tidak terasa apa-apa. Tapi sesudahnya luar biasa, mbak bro! ketika bius sudah hilang dan masa-masa pemulihan, itu sangat berat. Insya Allah jika ikhlas menjalaninya surga di akhirat menjadi balasan. Apakah itu bukan dinamakan perjuangan?
Contoh, sebut saja Linda. Proses bukaan 1 sampai 9 memakan waktu seminggu lamanya. Kebayang kan bagaimana wanita ini merasakan mulas yang berkepanjangan? Namun saat menit-menit bukaan lengkap air ketuban sudah berwarna hijau dan hampir habis. Sedangkan bayi harus segera dilahirkan, karena kalau telat saja, bisa keracunan. Nyawa menjadi taruhan. Maka, Linda diputuskan untuk operasi sesar. Alhamdulillah bayi bisa diselamatkan.
Kasus lain, namanya Syagita. Wanita ini sudah mulas-mulas selama empat hari. Namun bukaan serviks masih saja 1. Maka dokter pun memutuskan untuk induksi. Memberikan hormon pemacu kontraksi agar proses bukaan lebih cepat. Rasanya? Wanita asal Sumatera ini kesakitan. Pasalnya mulas diinduksi sakitnya sangat berlipat-lipat. Mulas bukan main. Hasilnya? Hanya nambah satu saja.
Nah, masih diangka bukaan 2, Syagita sudah tak berdaya, tensi darah naik. Bahkan sempat tak sadarkan diri. Benar-benar proses yang sakit sekali. Kamu tidak perlu bertanya bagaimana perjuangannya kan? Keluarga pun akhirnya menyerahkan penuh kepada dokter. Karena mereka yakin dokter punya alasan medis yang tepat. Akhirnya Syagita berujung sesar. Alhamdulillah, bayi mungil yang cantik bisa terselamatkan.
Nah, itu hanya contoh dua kasus saja. Masih banyak kasus lain yang lebih mendebarkan. Tentu bukan tanpa alasan, mereka memutuskan operasi sesar demi sebuah nyawa yang dipertaruhkan.
Kalau aku? Ya, aku sih sesar! Alasannya adalah karena aku mengalami kehamilan postern atau kehamilan lewat bulan. Sudah hampir 43 minggu, Alif masih saja betah di rahimku. Tentu aku pun sudah berusaha untuk melahirkan normal. Usahanya apa? Aku terima saran dari dokter untuk melakukan induksi. Memacu kontraksi agar ada proses bukaan serviks.
Semalaman aku diinduksi lewat infusan. Setiap jam detak jantung janin dan tingkat kontraksi selalu dicek. Hasilnya? Induksinya gagal. Tak berefek apa-apa. Jangankan ada bukaan, mulas pun tidak ada. Tapi setelah semalaman induksi detak jantung janin mulai tak karuan. Kami harus segera mengambil tindakan. Maka, ruang operasi pun menjadi tempat Alif dilahirkan.
Hmmm... kalau mau lebih lengkap proses ceritanya, baca saja di buku antologiku yang kesembilan. Bahkan di sana Sahabat Elsya bisa membaca 27 kisah melahirkan lainnya yang inspiratif. Banyak hikmah yang terbalut dalam setiap kisahnya. Serta banyak pengetahuan medis yang terkandung di dalamnya.
Sahabat Elsya, tadi siang sempet snewen juga sih. Gegara aku sudah panjang kali lebar nulis, eeeh klik publish, hasilnya nihil. Gagal publish. Tulisannya kemana? entah! Ia tak berjejak.
Alhamdulillah kini Alif sudah hampir sembilan bulan. Semakin hari semakin menggemaskan. Walau terkadang polahnya membuat 'geregetan'. Namun gelak tawanya selalu terngiang-ngiang. Bahkan saat tidur pun ia membuatku 'nyess', menyejukkan.
Alif #8m3w |
"Kok sesar? sayang ya nggak ngerasin lahiran normal. Nggak ngerasain perjuangan ibu yang sesungguhnya."
Helooowww...
Proses melahirkan itu bukan mutlak harus normal. Jika kondisi medis yang tidak memungkinkan, apakah tetep 'keukeuh' normal? Perjuangan utamanya adalah keselamatan ibu dan anak. Bukan normal atau sesar. So, stop memandang sebelah mata kepada wanita yang belum bisa melahirkan normal.
Begini, bagi kamu yang masih 'demen' ngecap operasi sesar tuh enak. Banyak sekali kasus wanita yang berusaha normal tapi berujung sesar. Mungkin benar, pas proses 'brojolin' bayi tidak terasa apa-apa. Tapi sesudahnya luar biasa, mbak bro! ketika bius sudah hilang dan masa-masa pemulihan, itu sangat berat. Insya Allah jika ikhlas menjalaninya surga di akhirat menjadi balasan. Apakah itu bukan dinamakan perjuangan?
Contoh, sebut saja Linda. Proses bukaan 1 sampai 9 memakan waktu seminggu lamanya. Kebayang kan bagaimana wanita ini merasakan mulas yang berkepanjangan? Namun saat menit-menit bukaan lengkap air ketuban sudah berwarna hijau dan hampir habis. Sedangkan bayi harus segera dilahirkan, karena kalau telat saja, bisa keracunan. Nyawa menjadi taruhan. Maka, Linda diputuskan untuk operasi sesar. Alhamdulillah bayi bisa diselamatkan.
Kasus lain, namanya Syagita. Wanita ini sudah mulas-mulas selama empat hari. Namun bukaan serviks masih saja 1. Maka dokter pun memutuskan untuk induksi. Memberikan hormon pemacu kontraksi agar proses bukaan lebih cepat. Rasanya? Wanita asal Sumatera ini kesakitan. Pasalnya mulas diinduksi sakitnya sangat berlipat-lipat. Mulas bukan main. Hasilnya? Hanya nambah satu saja.
Nah, masih diangka bukaan 2, Syagita sudah tak berdaya, tensi darah naik. Bahkan sempat tak sadarkan diri. Benar-benar proses yang sakit sekali. Kamu tidak perlu bertanya bagaimana perjuangannya kan? Keluarga pun akhirnya menyerahkan penuh kepada dokter. Karena mereka yakin dokter punya alasan medis yang tepat. Akhirnya Syagita berujung sesar. Alhamdulillah, bayi mungil yang cantik bisa terselamatkan.
Nah, itu hanya contoh dua kasus saja. Masih banyak kasus lain yang lebih mendebarkan. Tentu bukan tanpa alasan, mereka memutuskan operasi sesar demi sebuah nyawa yang dipertaruhkan.
Kalau aku? Ya, aku sih sesar! Alasannya adalah karena aku mengalami kehamilan postern atau kehamilan lewat bulan. Sudah hampir 43 minggu, Alif masih saja betah di rahimku. Tentu aku pun sudah berusaha untuk melahirkan normal. Usahanya apa? Aku terima saran dari dokter untuk melakukan induksi. Memacu kontraksi agar ada proses bukaan serviks.
Pertama kali diinfus nih. hehehe. (proses induksi) |
Semalaman aku diinduksi lewat infusan. Setiap jam detak jantung janin dan tingkat kontraksi selalu dicek. Hasilnya? Induksinya gagal. Tak berefek apa-apa. Jangankan ada bukaan, mulas pun tidak ada. Tapi setelah semalaman induksi detak jantung janin mulai tak karuan. Kami harus segera mengambil tindakan. Maka, ruang operasi pun menjadi tempat Alif dilahirkan.
Hmmm... kalau mau lebih lengkap proses ceritanya, baca saja di buku antologiku yang kesembilan. Bahkan di sana Sahabat Elsya bisa membaca 27 kisah melahirkan lainnya yang inspiratif. Banyak hikmah yang terbalut dalam setiap kisahnya. Serta banyak pengetahuan medis yang terkandung di dalamnya.
Cover bukunya nih. Pre Order masih dibuka sampai tanggal 22 Desember'15 (7CF51E2D) |
Udah nggak sabaran nungguin buku ini nih..
BalasHapusSemoga segera datang dan bisa membacanya..
Aamiin
Insya Allah tanggal 26 Des ini sudah di rumah. Hehehe...
Hapussaya juga sebel banget sama orang-orang yang masih memandang "sebelah mata" terhadap seorang ibu yang melahirkan secara sesar,,
BalasHapusIya, makanya kekesalan saya ungkapkan di sini. Hehe.. Semoga mereka lekas tahu bahwa perjuangan seorang ibu itu luar biasa.
HapusAku juga sesar, di induksi 24jam, cuma sampe bukaan 2 aja.
BalasHapusMemang sudah Qodarullah ya, Mbak..
BalasHapus