Akhirnya,
aku memutuskan akan menonton film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) sendirian! Dari
pada nggak jadi gara-gara nunggu suami yang jadwalnya nggak pasti, lebih baik
nonton seorang diri. Sebenarnya sudah jauh-jauh hari, bahkan ketika film ini masih
dalam tahap penggalangan dana, aku sudah berencana, bertekad dalam hati akan
menontonnya.
Itu
adalah tekadku. Pertama, sebagai anggota FLP (Forum Lingkar Pena) yang baik,
maka aku harus mendukung film ini dengan membantu dana dan menyaksikannya.
Kedua, sebagai ibu dari seorang anak, yang merindukan film berkualitas dan
sarat makna, maka mau tidak mau aku harus menonton filmnya. Sebagai bentuk
dukungan yang nyata.
Aku
masih ingat, itu adalah hari Minggu, tanggal 26 Oktober 2014, saat FLP Jakarta
Raya mengadakan pengajian sastra road
to Bogor. Kebetulan aku termasuk
panitia di dalamnya. Di akhir acara, ada sesi deklarasi dukungan FLP untuk
film KMGP. Nah, dari situlah aku mulai bersemangat menanti tayangnya film dari
cerpen hebat ini.
Saat deklarasi dukungan FLP untuk film KMGP |
Ingin
sekali menyaksikan film ini rombongan, bareng suami dan anggota keluarga
lainnya. Namun segala rencana sudah kami susun agar bisa menonton bersama, tapi
belum juga menemukan waktu yang cocok. Aku pribadi ingin nonton di weekdays.
Maklum, sebagai emak-emak aku harus menghemat pengeluaran seminim mungkin, agar
pendapatan suami bulan ini tidak kebobolan. Tapi, Mas Gagah sudah jadi anggaran wajib yang harus ditunaikan. Berapa pun yang harus dikeluarkan, pasti akan sebanding dengan film yang disajikan.
Suamiku hanya bisa weekend, karena dari Senin hingga Jumat ia harus bekerja. Bahkan akhir-akhir ini di hari libur pun kegiatannya selalu penuh juga. Sedangkan aku ingin menonton segera, karena tidak sabar ingin menyaksikan kisah Mas Gagah dan Gita. Selain itu, agar aku bisa ikut lomba review filmnya.
Suamiku hanya bisa weekend, karena dari Senin hingga Jumat ia harus bekerja. Bahkan akhir-akhir ini di hari libur pun kegiatannya selalu penuh juga. Sedangkan aku ingin menonton segera, karena tidak sabar ingin menyaksikan kisah Mas Gagah dan Gita. Selain itu, agar aku bisa ikut lomba review filmnya.
Alhamdulillah,
setelah rumpi sana-sini di beberapa grup whatsapp, akhirnya aku menemukan teman
yang juga ingin menonton. Namanya Erna, salah satu anggota FLP Bekasi sekaligus
member dari Asinan Blogger, sebuah komunitas yang menyatukan blogger-blogger
se-Bogor. Maka bersepakatlah kami untuk menyaksikan film ini di hari Senin
tanggal 1 Februari 2016. Lumayan, jadi ada teman dan tidak sendirian.
Hari
Senin. Aku sudah bersemangat sejak pagi hari, menyiapkan sarapan untuk suami
lebih pagi, menyetrika baju kerjanya sebelum pergi, dan segera menyiapkan
segala keperluan untuk nanti. Bagaimana pun, ini adalah pertama kalinya aku
menonton bioskop bersama bang Alif, si kecil yang masih berusia sepuluh bulan. Sehingga semua kebutuhan harus dipersiapkan. Seperti bekal makanan, air minum, baju ganti dan popok, serta beberapa mainan.
Aku
dan Erna janjian bertemu di mushola dekat bioskop. Dalam perjalanan, aku sudah merasa
menjadi emak-emak paling rempong sedunia. Bang Alif kugendong di depan, tangan
kiri membawa tas perlengkapan, sedangkan tangan kanan menjinjing beberapa paket
buku yang harus dikirimkan. Repot kan? Tapi ketika bertemu dengan Erna, aku
baru tahu bahwa apa yang kubawa masih tak seberapa dibandingkan dirinya.
Lihat
saja, Erna membawa tas beserta dua balitanya. Jauh lebih riweuh dibandingkan
apa yang kuderita.
“Ini
semua demi Mas Gagah, La!” katanya, ketika aku berkomentar betapa repotnya ia.
Kami
mengobrol sejenak, bertanya kabar, dan saling berkenalan lebih dekat. Maklum,
selama ini kami hanya berinteraksi di grup whatsapp, tidak pernah bertemu
sekalipun.
“Sepertinya
lebih baik kita shalat dulu deh,” katanya mengingatkan.
Aku
menyetujuinya. Karena bagaimanapun, shalat tetap harus diutamakan.
Selesai
shalat, aku melirik jam yang tergantung di dinding mushola, dan mendapati bahwa
waktu sudah menujukkan pukul 12.40 WIB. Itu sudah lewat sepuluh menit dari jam
tayang pertama.
“Bagaimana,
Mbak, kita nunggu sampai film di dalam selesai?”
Ia
menggeleng, tidak setuju. Karena jika menunggu lebih lama, ditakutkan tiga
balita yang kami bawa ini tidak betah dan rewel. Baiklah, telat-telat sedikit
sepertinya tak masalah.
“Ini
demi Mas Gagah, La. Terlambat tak mengapa! Kita beli saja tiket yang jam 12.30
WIB." –itu berarti filmnya sudah diputar di
dalam dan kami berdua yang rempong ini masih di antrian hendak membeli tiket-
Saat
kami masuk ke bioskop, film sudah berjalan sekitar dua puluh menit. Ahh, sayang
sekali, kami tidak melihat tayangan Mas Gagah di Ternate. Padahal, ketika
menyaksikan trailer resminya di internet, itu adalah adegan yang seru dan
seharusnya sayang dilewatkan. Tapi mau bagaimana lagi.
Bang Alif dengan wajah ngantuk. Umminya malah fotoin tiket. Hehehe |
Di
kursi penonton, Bang Alif tidak mau anteng. Ada-ada saja tingkahnya. Mulai dari
meronta-ronta ketika kupaksa duduk di pangkuanku, meminta turun dan ingin
merangkak kemana-mana, hingga menjambak rambut salah satu penonton yang ada di
depan kursiku. Duh, malu sekali rasanya. Aku menundukkan kepala sambil berkata
maaf.
“Ini
semua demi kamu, Mas Gagah!”
Selanjutnya,
sambil sesekali mengawasi bang Alif agar tidak mengganggu ketenangan penonton
yang lain, aku tetap menikmati sajian yang diberikan oleh layar lebar di
depanku. Menyaksikannya, aku teringat tentang bagaimana Sunan Kalijaga
mendakwahkan Islam di tanah Jawa: melalui kesenian!
Sunan
Kalijaga mengerti bahwa masyarakat Jawa kala itu suka sekali dengan musik
gamelan. Hampir di setiap acara dan hari-hari besar, mereka menabuh gendang,
berdendang, dan bergoyang. Kebiasaan ini seperti sudah mendarah daging dan
susah sekali dipisahkan. Beruntunglah Sunan Kalijaga jeli, bisa melihat bahwa
itu adalah sebuah celah yang bisa digunakan untuk masuk ke dalam dan memberikan
warna Islam. Sunan Kalijaga kreatif dan inovatif. Berdakwah sesuai masanya.
Begitupun
film ini, KMGP. Ini adalah sebuah film dakwah yang seharusnya digalakkan:
diproduksi lebih banyak dan disebar luaskan. Film KMGP bercerita tentang
hubungan kakak adik yang harmonis. Gita Ayu Pratiwi (Aquino Umar) dan Mas Gagah
(Hamas Syahid). Awalnya, Mas Gagah adalah seorang model yang banyak digandrungi
perempuan. Bagaimana tidak? Ia tampan, karirnya mentereng, dan pintar. Sebuah
kombinasi yang luar biasa hebat pada diri seorang manusia.
Tapi
setelah ia pulang dari Ternate dan bertemu dengan Kiyai Ghufron, semuanya
berubah. Mas Gagah meninggalkan dunia modeling. Tidak lagi ikut
nongkrong-nongkrong di cafe. Jika sebelumnya ia selalu mengenakan pakaian paling
trendy dan branded, sekarang malah selalu baju koko kemana-mana. Tidak hanya
itu, Mas Gagah juga menjadi lebih dermawan. Suka membantu orang lain dalam
banyak hal, semisal mengajar ngaji teman-temannya yang belum bisa membaca Al
Quran, membantu anak yatim, hingga mendirikan sebuah rumah singgah sederhana
yang ia beri nama Rumah Cinta.
Hamas Syahid sebagai Mas Gagah. Sumber: http://www.kmgpthemovie.com/ |
Gita
merasa Mas Gagah bukan kakaknya yang dulu lagi. Bahkan sekarang, Mas Gagah
sering menasihati dirinya tentang banyak hal, tentang Islam.
Gita
merasa jengah, kesal karena selalu saja salah di depan Mas Gagahnya. Karena hal
inilah maka kemudian, Gita memutuskan untuk tidak lagi mau diantar jemput oleh Mas
Gagah ke sekolah. Ia lebih memilih untuk naik bus kota saja. Dengan demikian,
maka ia bisa sedikit menjauh dari ceramahnya Mas Gagah.
Malangnya,
hidup kadang memang sering tak sesuai harapan. Bukannya tenang, Gita malah
kemudian dipertemukan dengan Yudi (Masaji). Ia adalah jenis lelaki yang punya
mental baja. Bayangkan saja, hampir setiap pagi, dengan baju kotak-kotaknya
yang khas, ia berdiri di tengah bus kota dan memberikan tausiyah agama.
Masaji Wijayanto sebagai Yudi. Sumber: http://www.kmgpthemovie.com/ |
Aku
suka sekali dengan tokoh Gita, Aquino Umar totalitas sekali dalam memerankannya.
Mimik wajahnya bikin gemes. Ia sangat energik, tomboy, dan ceplas-ceplos.
Benar-benar sesuai dengan tokoh Gita dalam cerpen aslinya. Karakternya kuat. Ah,
semoga saja bisa bertemu dengannya kelak.
Aquino Umar sebagai Gita. Sumber: http://www.kmgpthemovie.com/ |
Ada
adegan yang paling mengharukan, hampir saja butiran di kelompak mataku jatuh.
Saat Wulan Guritno yang berperan sebagai Ibunya Mas Gagah, berkunjung ke Rumah
Cinta. Ia mendapat hadiah sebuah jilbab sederhana dari seorang ibu tua.
Cerita
ini sudah melegenda. Mas Gagah adalah tokoh ideal dalam cerpen Ketika Mas Gagah
Pergi karya bunda Helvi Tiana Rosa. Beliau memperjuangkan KMGP ini agar sesuai
dengan karya yang ditulisnya. Dimodali secara patungan, bahkan keuntungannya
lebih dari 50% disalurkan untuk dana kemanusiaan. Bunda Helvi tidak ingin film
ini kehilangan ruhnya, jika dibuat secara komersil dan digarap oleh tangan yang
tidak bertanggung jawab.
Sebelum
tayang, aku sering membuka akun instagram KMGP. Di sana banyak info-info menarik.
Salah satunya ada beberapa fakta unik film KMGP, simak nih:
Sumber: IG @kmgpthemovie |
Sumber: IG @kmgpthemovie |
Sumber: IG @kmgpthemovie |
Sumber: IG @kmgpthemovie |
Tidak
kalah menarik, film KMGP didukung banyak artis ternama. Diantaranya yang ikut
main adalah ada Virzha Idol, Joshua, Irfan Hakim, Sireen Sungkar, Mathias
Muchus, Epi Kusnandar, Wulan Guritno dan Masih banyak lagi. Aku tidak hapal semua.
Pengambilan
gambar yang dilakukan oleh IndoBroadcast Production dalam film ini sangat elegan.
Aku benar-benar tidak menyesal telah menontonnya. Yah, walaupun sebelum
berangkat, ketika dalam perjalanan, dan saat di gedung bioskop aku harus jadi
emak-emak rempong, tapi semuanya terbayar lunas, beserta bonus-bonusnya malah.
Nah,
buat teman-teman yang belum menonton film ini, tidak ada salahnya menyempatkan
waktu di akhir pekan nanti. Kebetulan ada libur tiga hari. Boyong semua keluarga,teman-teman,
atau siapa saja. Tonton film ini segera, ya!
“Tapi,
Mbak Ella, kalau bawa semua keluarga, ntar rempong dong?”
“Nggak
apa-apa, toh rempong ini juga demi Mas Gagah!”
Nggak kebayang tuh rempongnya..
BalasHapusNggak kebayang tuh rempongnya..
BalasHapusNggak usah dibayangin ahh..
HapusSemoga bisa ikut nonton, masa kalah sama ibu-ibu rempong hehehe, sinopsisnya bikin penasaran.
BalasHapusAyo ayo ayo Mbak Ratih.. mumpung masih tayang filmnya.
HapusSy sengaja gak nulis alur ceritanya..biar penasaran.hehe
Semoga bisa ikut nonton, masa kalah sama ibu-ibu rempong hehehe, sinopsisnya bikin penasaran.
BalasHapusibu rempong emang cocok ya... semua demi mas gagah. Makasi ya mba ella salam kenal.
BalasHapusIyaa.. salut buat mbak Erna yg siap rempong.. kapan2 kita nongki2 canci2 yee..hahaha
HapusAku paling susah nonton di bioskop. Krucilnya banyaaak.. Semoga Mas Gagah terus menginspirasi.
BalasHapusNontonnya kudu sama bapaknya yaaa..biar ada yg bantuin.hehe
HapusMakasih mbak Leyla udah mampir..
Oalah, ternyata sama teh erna... :)
BalasHapusHehe.. iya sama mbak Erna, Mas..
HapusDede ikut yahhh, umminya pasti rempong banget...asyik ya bisa foto bareng bunda helvy. hiks #pengen
BalasHapusIyaaa si kecil harus slalu ikut emaknya terus.. kmna puuun..
HapusIya itu fotonya pas lagi hamil bang Alif..
keren tekatnya zah.... lain kali bawak saya aja zah biar nggak rempong...
BalasHapusBoleh boleh boleh.. nanti bang Rakes main sama bang Alif di luar bioskop..saya duduk cantik di dalem..hahaha
HapusGue kalah sama emak2 rempong nih. #Plakk
BalasHapusAyooo jangan mau kalah atuh.. segera nonton..
HapusRempong demi mas gagah? Ga apalah mbk ela :)
BalasHapusIyaaa mbak Sri.. kebayar lunas kok rempongnya. Makasih mbak sdh mampir..
HapusSepakat mba ella! Harusnya ada banyak film yang senada dengan KMGP, agar film di negeri ini tidak hanya melulu tentang si kaya dan si misin :D
BalasHapusApalagi film ttg hantu2 Indonesia..yg kurang baik jd konsumsi anak2 kita..
HapusJadi inget kemarin pas nonton film, ada anak kecil yang narik2 kerudung dari belakang, jangan2 itu bang alif :D
BalasHapusHihhiy.. bang Alif narik rambut kok, bukan jilbab..hehe..
HapusWaah tadinya kita bareng yaaa nontonnya..
Ya Allah.....bawa anak 10 bulan nonton bioskop? Saya pikir itu sebuah tantangan besar yang nyaris mustahil untuk ibu2 nubi seperti saya.. Tapi, mbak Ella sudah membuktikan. Saya mau coba juga ah bawa Ahmad nonton. Btw, selama film Alif ga nangis kah???
BalasHapusSebenarnya tidak mustahil kalau kondisi anak baik2 saja. Pastikan baby tidak punya riwayat'kagetan' dgn sound yg tinggi, sepertindi bioskop.
HapusDaan yg terpenting persiapannya mbak..
Bang Alif nggak nangis atau rewel, hanya tidak betah diam sj.. lari sini lari sana.. majat sini manjat sana.. bahkan ngoceh2 yg bkin pusat perhatian bnyk orng..hehe.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussmpe sekarang msh berharap bs ntn film ini....semoga minggu ini bs terwujud teh ella....masa kalah m emak2 rempong hihi.....(kyknya sy pun tak kalah rempong)
BalasHapussinopsisnya tambah penasaran j...
jzk infonya teh ella....
smpe sekarang msh berharap bs ntn film ini....semoga minggu ini bs terwujud teh ella....masa kalah m emak2 rempong hihi.....(kyknya sy pun tak kalah rempong)
BalasHapussinopsisnya tambah penasaran j...
jzk infonya teh ella....
Hahaha teh Euis bisa ajaaa.. ayooo mumpung masih tayang..
HapusHahaa...sama,Mbak, aku juga diniatkan nonton weekdays karena alasan harga tiket :D
BalasHapusWuaaah, lumayan lama yaa,Mbak, sampai ketinggalan 20 menit
Besok Insya Allah nonton lagi. #nobarKMGP bareng #kopfibogor di BTM. Malah lebih seru kayaknya.. ada tim KMGP, bunda Helvi, Noy atau Gita, dan Masaji yg jd Yudi..
HapusSemoga gak ada halangan.. jadi bisa nonton dari awal.hehe..
Weeh, keren. Coba aku ikuut nonton, pasti tak bantuin. Hehehee
BalasHapusHaha.. iyaa kapan2 yaa sama Mamas Fajar..besok dedek Alif nonton lg Jar..hehe
Hapusduhhh aku masih belum nonton nih soalnya belum sempat ke bioskop
BalasHapusMbak Ev sibuk banget sih, ngalah-ngalahin ibu presiden..hehe
HapusBersyukurlah Alif bisa nonton, nak..meskipun si Ummi jadi rempong..di Padang belum tayang jugaaaa...huhuhu. Padahal kepengen banget nonton nya..
BalasHapusKalau mau tayang bisa diajukan ke pihak bioskopnya kok, Mbak. Caranya ajak rame2 yang juga mau nonton KMGP. Minta tanda buktinya, daftar nama atau tanda tangan. Insya Allah KMGP akan tayang secepatnya.
Hapus