Bismillah..
Semangat pagi!
Sahabat Elsya,
sebenarnya kali ini aku bingung mau cerita tentang apa. Rasanya belum ada yang
beda. Hanya saja ada yang menggelitik hati, tadi malam ikut nimbrung diskusi
dengan ibu-ibu muda dalam sebuah grup di whatsApp.
Temanya tentang kerjaan rumah. Khususnya yang SAHM - Stay At Home Mom.
Emak-emak emang bejibun kerjaannya, ditambah bunda yang
punya balita. Tapi hal ini menjadi pilihan buat kita. Mau dikerjakan sendiri
atau memakai jasa ART – asisten rumah
tangga. Tentunya harus dengan resiko atas pilihan itu. Mau memilih tanpa
ART, berarti resikonya harus cekatan mengatur waktu dan tenaga. Kerjaan rumah
beres, anak tak terbengkalai- tetep jadi
nomor satu, dan jaga feel agar
tetap bahagia.
Kerjaan nggak
boleh ditunda-tunda kalau ada waktu luang untuk ngerjainnya. Atur skala
prioritas. Misalnya, aku sebagai SAHM pasti mendahulukan keperluan Alif. Semua
pekerjaan yang diprioritaskan tetap menjadi skala kedua setelah Alif.
Dipastikan ia tidak menangis karena emaknya asik nyuci. Atau malah kelaparan
karena emaknya lagi nyetrika. Alif number
one for me.
Jadwal rutinku
setiap hari yang wajib didahulukan adalah mencuci clodi dan semua baju-baju
Alif. Jika tidak sehari saja mencuci, kelabakan. Bisa abis clodinya.
Yang kedua adalah
nyetrika baju kerja suami, penting banget ya kalau soal kerapihan suami. Nanti
kalau suami pakai baju compang-camping istrinya juga yang malu. Kalau aku,
paling males nyetrika banyak-banyak, jadi nyetrikanya dicicil. Setiap mau
dipakai - setrika. Hehehe.
Yang ketiga masak,
karena suami lebih suka masakan istrinya, eciyeeeee.
Jadi kuusahakan untuk tetap masak setiap hari. Atur waktu supaya setiap jam
makan ada makanan. Nah yang lainnya dikerjakan kalau waktu luang saja. Kalau
Alif sudah tidur atau sedang asik main. Tidak jarang aku bawa Alif dengan Baby Swing Bed-nya ke dapur untuk
memasak bersama. Atau sambil menjemur pakaian.
Sejauh ini Alif
masih ‘anteng’ sih, jadi emaknya
belum ngerasa kerepotan, masih santai. Apalagi ada suami yang tidak jarang
membantu pekerjaan rumah, baik banget kan
suamiku. Waktuku sebagian besar untuk membersamai Alif saja. Entah itu
belajar ngaji, shalat, menemani tidur atau bermain. Karena sekarang Alif sedang
asik-asiknya kalau diajak main. Ketawa-ketawa sampai cekikikan. Rasa lelah pun
hilang seketika jika melihat Alif bahagia. Melihat polahnya yang menggemaskan.
Sekarang kerjaan
beres, semuanya selesai. Tinggal mengatur diri agar hati selalu bahagia. Karena
jika bunda memilih menjadi SAHM tanpa ART harus sabar bun, tidak sering ngeluh
dengan kelelahan. Selalu bersyukur dengan apa yang sudah diterima saat ini.
Insya Allah dengan bersyukur hati akan bahagia. Kalau aku, sering sih ngerasa bosen dengan kerjaan yang itu-itu aja. Rasanya
penaaaat banget. Tapi kalau sudah
melihat polah Alif semuanya hilang, blaaassss.
Apalagi suami yang selalu bikin adem, eciyeee
cie cieee. Oh ini penting lho, jika memilih tanpa art tugas suami bertambah.
Selain bantu meringankan kerjaan rumah (kalau
sempat ya) juga membuatnya selalu happy.
Kan sayang ya bun, udah cape-cape ngerjain rumah dan ngurus anak, eeehhh kita ngeluh. Pahalanya nanti
hilang lho. So, luruskan niat. Bahwa merawat anak dan menyenangkan suami adalah
kewajiban. Kewajiban yang bernilai ibadah. Ibadah jika dikerjakan dengan ikhlas
ganjarannya pahala. Insya Allah.
Nah, kalau bunda
sudah tidak sanggup mengurus semuanya sendiri, cobalah komunikasikan dengan
suami. Jangan bungkam gitu aja. Yang ada malah nggak dapat pahala. Kita ambil
dengan pilihan yang kedua. Yaitu pilih ART. Ya, resikonya adalah anggaran
bulanan jadi bertambah. Itu aja. Selesai. Nggak ada embel-embelan. So, jangan so strong kalau tidak sanggup. Insya
Allah suami akan memahami posisi bunda. Solusi lain jika tidak ada anggaran ART
adalah berbagi dengan suami. Bagi tugas, itu pun jika bunda tega lihat suami
kerja double. Kerja di luar cari
nafkah plus harus kerja di rumah juga. Tapi ini wajar, karena tugas utama seorang
bunda adalah mengurus anak. Suami juga kalau bunda sedang kerepotan pasti nggak
akan tega diam saja.
Namun tetap
rasional ya bun. Jangan memaksakan diri. Lihat kondisi keuangan keluarga. Jika
memungkinkan pilih memakai ART. Atur-atur sajalah.
Sejauh ini aku
belum membutuhkan ART. Suami pernah nawarin sih, tapi aku rasa masih belum
butuh. Lebih baik uangnya untuk belanja saja,
hehehe. Mungkin nanti kali ya, kalau Alif sudah mulai bisa lari sana-sini.
Intinya komunikasikan dengan baik. Kerjakan sesuai kemampuan. Karena hidup
adalah pilihan. Dalam hal ini pilih ART atau enggak. Itu saja.
0 komentar:
Posting Komentar